Senin, 17 Oktober 2011

Akhlak Rasulullah di Undang Makan Seorang Budak
Dan Rasulullah SAW tidak pernah mau mengecewakan orang lain, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari bahwa seorang wanita ( Barirah RA) seorang budak wanita miskin dari Afrika, ia mengundang Rasul SAW karena diberi makanan oleh salah seorang sahabat makanan yang sangat enak, maka ia tidak berani memakannya karena sudah lama ingin mengundang Rasul SAW tapi malu tidak punya apa-apa.

Maka ketika datang makanan enak sebelum ia ingin mencicipinya, seumur hidup dia belum mencicipinya dia teringat kepada Rasul SAW, aku ingin Rasul datang mumpung ada makanan yang enak padahal seumur hidup dia belum mencicipi makanan itu.

Barirah yang susah ini pun datang mengundang Rasul SAW ke rumahnya, maka Rasul SAW datang bersama para sahabat untuk menyenangkan Barirah RA seorang budak wanita yang miskin, Rasul saw tidak ingin mengecewakan orang lain maka datang Sang Nabi bersama para sahabat, para sahabat melihat makanan yang sangat enak dan mahal tidak mungkin Barirah membelinya sendiri, maka berkata para sahabat : “Yaa Rasulallah barangkali ini adalah makanan zakat, sedangkan engkau tidak boleh memakan zakat dan shadaqah , kalau bukan makanan zakat ya makanan shadaqah, tentunya kau tidak boleh memakannya”… Berubahlah hati Barirah dalam kekecewaan, hancur hatinya dengan ucapan itu walau ucapan itu benar Rasul SAW tidak boleh memakan shadaqah dan zakat, namun ia tidak teringat akan hal itu karena memang ia di sedekahi makanan ini, hancur perasaan Barirah RA dan bingung juga risau dan takut serta kecewa dan bingung karena sudah mengundang Rasul SAW untuk makan makanan yang diharamkan pada Rasulullah SAW.

Namun bagaimana manusia yang paling indah budi pekertinya dan bijaksana, maka Rasul SAW berkata : “ Makanan ini betul shadaqah untuk Barirah dan sudah menjadi milik Barirah, Barirah menghadiahkan kepadaku maka aku boleh memakannya “, dan Rasul SAW pun memakannya.

Demikianlah jiwa yang paling indah tidak ingin mengecewakan para fuqara’, itu makanan sedekah betul untuk Barirah tapi sudah menjadi milik Barirah dan Barirah tidak menyedekahkannya padaku ( Rasulullah SAW ) tapi menghadiahkannya kepadaku demikian indahnya Sayyidina Muhammad SAW,

Firman Allah SWT :

“Dan sungguh engkau ( Muhammad SAW ) berada pada akhlak yang agung”.

Biografi Siti Aisyah
Siti Aisyah memiliki gelar ash-Shiddiqah, sering dipanggil dengan Ummu Mukminin, dan nama keluarganya adalah Ummu Abdullah. Kadang-kadang ia juga dijuluki Humaira’. Namun Rasulullah sering memanggilnya Binti ash-Shiddiq. Ayah Aisyah bernama Abdullah, dijuluki dengan Abu Bakar. Ia terkenal dengan gelar ash-Shiddiq. Ibunya bernama Ummu Ruman. Ia berasal dari suku Quraisy kabilah Taimi di pihak ayahnya dan dari kabilah Kinanah di pihak ibu.

Sementara itu, garis keturunan Siti Aisyah dari pihak ayahnya adalah Aisyah binti Abi Bakar ash-Shiddiq bin Abi Quhafah Utsman bin Amir bin Umar bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Fahr bin Malik. Sedangkan dari pihak ibu adalah Aisyah binti Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Abd Syams bin Itab bin Adzinah bin Sabi’ bin Wahban bin Harits bin Ghanam bin Malik bin Kinanah.

Siti Aisyah lahir pada bulan Syawal tahun ke-9 sebelum hijrah, bertepatan dengan bulan Juli tahun 614 Masehi, yaitu akhir tahun ke-5 kenabian. Kala itu, tidak ada satu keluarga muslim pun yang menyamai keluarga Abu Bakar ash-Shiddiq dalam hal jihad dan pengorbanannya demi penyebaran agama Islam. Rumah Abu Bakar saat itu menjadi tempat yang penuh berkah, tempat makna tertinggi kemuliaan, kebahagiaan, kehormatan, dan kesucian, dimana cahaya mentari Islam pertama terpancar dengan terang.

Dari perkembangan fisik, Siti Aisyah termasuk perempuan yang sangat cepat tumbuh dan berkembang. Ketika menginjak usia sembilan atau sepuluh tahun, ia menjadi gemuk dan penampilannya kelihatan bagus, padahal saat masih kecil, ia sangat kurus. Dan ketika dewasa, tubuhnya semakin besar dan penuh berisi. Aisyah adalah wanita berkulit putih dan berparas elok dan cantik. Oleh karena itu, ia dikenal dengan julukan Humaira’ (yang pipinya kemerah-merahan). Ia juga perempuan yang manis, tubuhnya langsing, matanya besar, rambutnya keriting, dan wajahnya cerah.

Tanda-tanda ketinggian derajat dan kebahagiaan telah tampak sejak Siti Aisyah masih kecil pada perilaku dan grak-geriknya. Namun, seorang anak kecil tetaplah anak kecil, dia tetap suka bermain-main. Walau masih kecil, Aisyah tidak lupa tetap menjaga etika dan adab sopan santun ajaran Rasulullah di setiap kesempatan.

Pernikahan Rasulullah dengan Siti Aisyah merupakan perintah langsung dari Allah, setelah wafatnya Siti Khadijah. Setelah dua tahun wafatnya Khadijah, turunlah wahyu kepada kepada Rasulullah untuk menikahi Aisyah, kemudian Rasulullah segera mendatangi Abu Bakar dan istrinya, mendengar kabar itu, mereka sangat senang, terlebih lagi ketika Rasulullah setuju menikahi putri mereka. Maka dengan segera disuruhlah Aisyah menemui beliau.

Pernikahan Rasulullah dengan Siti Aisyah terjadi di Mekkah sebelum hjirah pada bulan Syawal tahun ke-10 kenabian. Ketika dinikahi Rasulullah, Siti Aisyah masih sangat belia. Di antara istri-istri yang beliau nikahi, hanyalah Aisyah yang masih dalam keadaan perawan. Aisyah menikah pada usia 6 tahun. Tujuan inti dari pernikahan dini ini adalah untuk memperkuat hubungan dan mempererat ikatan kekhalifahan dan kenabian. Pada waktu itu, cuaca panas yang biasa dialami bangsa Arab di negerinya menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan fisik anak perempuan menjadi pesat di satu sisi. Di sisi lain, pada sosok pribadi yang menonjol, berbakat khusus, dan berpotensi luar biasa dalam mengembangkan kemampuan otak dan pikiran, pada tubuh mereka terdapat persiapan sempurna untuk tumbuh dan berkembang secara dini.

Pada waktu itu, karena Siti Aisyah masih gadis kecil, maka yang dilangsungkan baru akad nikah, sedangkan perkawinan akan dilangsungkan dua tahun kemudian. Selama itu pula beliau belum berkumpul dengan Aisyah. Bahkan beliau membiarkan Aisyah bermain-main dengan teman-temannya. Kemudian, ketika Aisyah berusaha 9 tahun, Rasulullah menyempurnakan pernikahannya dengan Aisyah. Dalam pernikahan itu, Rasulullah memberikan maskawin 500 dirham. Setelah pernikahan itu, Aisyah mulai memasuki rumah tangga Rasulullah.

Pernikahan seorang tokoh perempuan dunia tersebut dilangsungkan secara sederhana dan jauh dari hura-hura. Hal ini mengandung teladan yang baik dan contoh yang bagus bagi seluruh muslimah. Di dalamnya terkandung hikmah dan nasehat bagi mereka yang menganggap penikahan sebagai problem dewasa ini, yang hanya menjadi simbol kemubaziran dan hura-hura untuk menuruti hawa nafsu dan kehendak yang berlebihan.

Dalam hidupnya yang penuh jihad, Siti Aisyah wafat dikarenakan sakit pada usia 66 tahun, bertepatan dengan bulan Ramadhan, tahun ke-58 Hijriah. Ia dimakamkan di Baqi’. Aisyah dimakamkan pada malam itu juga (malam Selasa tanggal 17 Ramadhan) setelah shalat witir. Ketika itu, Abu Hurairah datang lalu menshalati jenazah Aisyah, lalu orang-orang pun berkumpul, para penduduk yang tinggal di kawasan-kawasan atas pun turun dan datang melayat. Tidak ada seorang pun yang ketika itu meninggal dunia dilayat oleh sebegitu banyak orang melebihi pelayat kematian Aisyah.

Sumber Asli:

- Arief, Nurhaeni. Engkau Bidadari Para Penghuni Surga, Kisah Teladan Wanita Saleha. Kafila: Yogyakarta: 2008

- Taman, Muslich. Pesona Dua Ummul Mukminin, Teladan Terbaik Menjadi Wanita Sukses dan Mulia. Pustaka Al-Kautsar: Jakarta. 2008

- Razwy, Syeda. A. Khadijah, The Greatest of First Lady of Islam. Alawiyah Abdurrahman (terj.). Mizan Publika: Jakarta. 2007

- an-Nadawi, Sulaiman. ‘Aisyah, The Greatest Woman in Islam. Firdaus (terj.). Qisthi: Jakarta. 2007

- asy-Syathi’, Aisyah Abdurrahman. Nisa’ an-Nabiy Alaihi ash-Shalatu wa as-Salam. Zaki Alkaf (terj.). Pustaka Hidayah: Bandung. 2001

*~*Kisah Berita Nyata Tentang Perjalanan Ruh*~*
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Bismillahirrahmanirrahim……

Dgn menyebut nama Allah Yg Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

Pernahkah anda hadir di sisi seseorang yang tengah menghadapi sakaratul maut, hingga jasadnya dingin, terbujur kaku, tak bergerak, karena ruhnya telah berpisah dengan badan? Lalu apa perasaan anda saat itu? Adakah anda mengambil pelajaran darinya? Adakah terpikir bahwa anda juga pasti akan menghadapi saat-saat seperti itu? Kemudian, pernahkah terlintas tanya di benak anda, ke mana ruh itu pergi setelah berpisah dengan jasad?

Hadits yang panjang dari Rasul yang mulia Shallallahu ‘alaihi wa sallam di bawah ini memberi ilmu kepada kita tentang hal itu. Sungguh ini suatu berita yang shahih (benar) dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan setiap berita yang datang darinya pasti benar adanya karena: “Tidaklah beliau berbicara dari hawa nafsunya, hanyalah yang beliau sampaikan adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.” (An-Najm: 3-4)

Simaklah…!

Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Al-Bara` bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu berkisah,

“Kami keluar bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengantar jenazah seorang dari kalangan Anshar. Kami tiba di pemakaman dan ketika itu lahadnya sedang dipersiapkan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk. Kami pun ikut duduk di sekitar beliau dalam keadaan terdiam, tak bergerak. Seakan-akan di atas kepala kami ada burung yang kami khawatirkan terbang. Di tangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika itu ada sebuah ranting yang digunakannya untuk mencocok-cocok tanah. Mulailah beliau melihat ke langit dan melihat ke bumi, mengangkat pandangannya dan menundukkannya sebanyak tiga kali. Kemudian bersabda,

“Hendaklah kalian meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari adzab kubur,” diucapkannya sebanyak dua atau tiga kali, lalu beliau berdoa,

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur,” pinta beliau sebanyak tiga kali. Setelahnya beliau bersabda,

“Sesungguhnya seorang hamba yang mukmin apabila akan meninggalkan dunia dan menuju ke alam akhirat, turun kepadanya para malaikat dari langit. Wajah-wajah mereka putih laksana mentari. Mereka membawa kain kafan dan wangi-wangian dari surga. Mereka duduk dekat si mukmin sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malaikat maut ‘alaihissalam hingga duduk di sisi kepala si mukmin seraya berkata,

“Wahai jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan dan keridhaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Ruh yang baik itu pun mengalir keluar sebagaimana mengalirnya tetesan air dari mulut wadah kulit. Malaikat maut mengambilnya. (Dalam satu riwayat disebutkan: Hingga ketika keluar ruhnya dari jasadnya, seluruh malaikat di antara langit dan bumi serta seluruh malaikat yang ada di langit mendoakannya. Lalu dibukakan untuknya pintu-pintu langit. Tidak ada seorang pun malaikat yang menjaga pintu malaikat kecuali mesti berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar ruh si mukmin diangkat melewati mereka). Ketika ruh tersebut telah diambil oleh malaikat maut, tidak dibiarkan sekejap matapun berada di tangannya melainkan segera diambil oleh para malaikat yang berwajah putih. Mereka meletakkan/membungkus ruh tersebut di dalam kafan dan wangi-wangian yang mereka bawa. Dan keluarlah dari ruh tersebut wangi yang paling semerbak dari aroma wewangian yang pernah tercium di muka bumi.

Kemudian para malaikat membawa ruh tersebut naik. Tidaklah mereka melewati sekelompok malaikat kecuali mesti ditanya, “Siapakah ruh yang baik ini?”

Para malaikat yang membawanya menjawab, “Fulan bin Fulan,” disebut namanya yang paling bagus yang dulunya ketika di dunia orang-orang menamakannya dengan nama tersebut.

Demikian, hingga rombongan itu sampai ke langit dunia. Mereka pun meminta dibukakan pintu langit untuk membawa ruh tersebut. Lalu dibukakanlah pintu langit. Penghuni setiap langit turut mengantarkan ruh tersebut sampai ke langit berikutnya, hingga mereka sampai ke langit ke tujuh.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Tulislah catatan amal hamba-Ku ini di ‘Illiyin dan kembalikanlah ia ke bumi karena dari tanah mereka Aku ciptakan, ke dalam tanah mereka akan Aku kembalikan, dan dari dalam tanah mereka akan Aku keluarkan pada kali yang lain.”

Si ruh pun dikembalikan ke dalam jasadnya yang dikubur dalam bumi/tanah. Maka sungguh ia mendengar suara sandal orang-orang yang mengantarnya ke kuburnya ketika mereka pergi meninggalkannya. Lalu ia didatangi dua orang malaikat yang sangat keras hardikannya, keduanya menghardiknya, mendudukkannya lalu menanyakan padanya,

“Siapakah Rabbmu?” Ia menjawab, “Rabbku adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Ditanya lagi, “Apa agamamu?” “Agamaku Islam,” jawabnya.

“Siapakah lelaki yang diutus di tengah kalian?” tanya dua malaikat lagi “Dia adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,” jawabnya

“Apa amalmu?” pertanyaan berikutnya “Aku membaca Kitabullah, lalu aku beriman dan membenarkannya,” jawabnya.

Ini adalah fitnah/ujian yang akhir yang diperhadapkan kepada seorang mukmin. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengokohkannya sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:

“Allah menguatkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang tsabit/kokoh dalam kehidupan dunia dan dalam kehidupan akhirat.” (Ibrahim: 27)

Terdengarlah suara seorang penyeru dari langit yang menyerukan, “Telah benar hamba-Ku. Maka bentangkanlah untuknya permadani dari surga. Pakaikanlah ia pakaian dari surga, dan bukakan untuknya sebuah pintu ke surga!” Lalu datanglah kepada si mukmin ini wangi dan semerbaknya surga serta dilapangkan baginya kuburnya sejauh mata memandang.

Kemudian ia didatangi oleh seseorang yang berwajah bagus, berpakaian bagus dan harum baunya, seraya berkata, “Bergembiralah dengan apa yang menggembirakanmu. Inilah harimu yang pernah dijanjikan kepadamu.” Si mukmin bertanya dengan heran, “Siapakah engkau? Wajahmu merupakan wajah yang datang dengan kebaikan.” “Aku adalah amal shalihmu. Demi Allah, aku tidak mengetahui dirimu melainkan seorang yang bersegera menaati Allah Subhanahu wa Ta’ala dan lambat dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membalasmu dengan kebaikan,” jawab yang ditanya

Kemudian dibukakan untuknya sebuah pintu surga dan sebuah pintu neraka, lalu dikatakan, “Ini adalah tempatmu seandainya engkau dulunya bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala menggantikan bagimu dengan surga ini.” Maka bila si mukmin melihat apa yang ada dalam surga, ia pun berdoa, “Wahai Rabbku, segerakanlah datangnya hari kiamat agar aku dapat kembali kepada keluarga dan hartaku.” Dikatakan kepadanya, “Tinggallah engkau.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan penuturan beliau tentang perjalanan ruh.

Beliau bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba yang kafir (dalam satu riwayat: hamba yang fajir) apabila akan meninggalkan dunia dan menuju ke alam akhirat, turun kepadanya dari langit para malaikat yang keras, kaku, dan berwajah hitam. Mereka membawa kain yang kasar dari neraka. Mereka duduk dekat si kafir sejauh mata memandang.

Kemudian datanglah malaikat maut hingga duduk di sisi kepala si kafir seraya berkata, “Wahai jiwa yang buruk, keluarlah menuju kemurkaan dan kemarahan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Ruh yang buruk itu pun terpisah-pisah/berserakan dalam jasadnya, lalu ditarik oleh malaikat maut sebagaimana dicabutnya besi yang banyak cabangnya dari wol yang basah, hingga tercabik-cabik urat dan sarafnya.

Seluruh malaikat di antara langit dan bumi dan seluruh malaikat yang ada di langit melaknatnya. Pintu-pintu langit ditutup. Tidak ada seorang pun malaikat penjaga pintu kecuali berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar ruh si kafir jangan diangkat melewati mereka. Kemudian malaikat maut mengambil ruh yang telah berpisah dengan jasad tersebut, namun tidak dibiarkan sekejap mata pun berada di tangan malaikat maut melainkan segera diambil oleh para malaikat yang berwajah hitam lalu dibungkus dalam kain yang kasar.

Dan keluarlah dari ruh tersebut bau bangkai yang paling busuk yang pernah didapatkan di muka bumi. Kemudian para malaikat membawa ruh tersebut naik. Tidaklah mereka melewati sekelompok malaikat kecuali mesti ditanya, “Siapakah ruh yang buruk ini?” Para malaikat yang membawanya menjawab, “Fulan bin Fulan,” disebut namanya yang paling jelek yang dulunya ketika di dunia ia dinamakan dengannya. Demikian, hingga rombongan itu sampai ke langit dunia, mereka pun meminta dibukakan pintu langit untuk membawa ruh tersebut, namun tidak dibukakan.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian membaca ayat: “Tidak dibukakan untuk mereka pintu-pintu langit dan mereka tidak akan masuk ke dalam surga sampai unta bisa masuk ke lubang jarum.” (Al-A’raf: 40)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Tulislah catatan amalnya di Sijjin, di bumi yang paling bawah.’ Lalu ruhnya dilemparkan begitu saja.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian membaca ayat: “Dan siapa yang menyekutukan Allah maka seakan-akan ia jatuh tersungkur dari langit lalu ia disambar oleh burung atau diempaskan oleh angin ke tempat yang jauh lagi membinasakan.” (Al-Hajj: 31)

Si ruh pun dikembalikan ke dalam jasadnya yang dikubur dalam bumi/tanah. Lalu ia didatangi dua orang malaikat yang sangat keras hardikannya. Keduanya menghardiknya, mendudukkannya dan menanyakan kepadanya,

“Siapakah Rabbmu?” Ia menjawab, “Hah… hah… Aku tidak tahu.”

Ditanya lagi, “Apa agamamu?” “Hah… hah… Aku tidak tahu,” jawabnya.

“Siapakah lelaki yang diutus di tengah kalian?” tanya dua malaikat lagi. Kembali ia menjawab, “Hah… hah… aku tidak tahu.”

Terdengarlah suara seorang penyeru dari langit yang menyerukan, “Telah dusta orang itu. Maka bentangkanlah untuknya hamparan dari neraka dan bukakan untuknya sebuah pintu ke neraka!”

Lalu datanglah kepadanya hawa panasnya neraka dan disempitkan kuburnya hingga bertumpuk-tumpuk/tumpang tindih tulang rusuknya (karena sesaknya kuburnya).

Kemudian seorang yang buruk rupa, berpakaian jelek dan berbau busuk mendatanginya seraya berkata, “Bergembiralah dengan apa yang menjelekkanmu. Inilah harimu yang pernah dijanjikan kepadamu.”

Si kafir bertanya dengan heran, “Siapakah engkau? Wajahmu merupakan wajah yang datang dengan kejelekan.” “Aku adalah amalmu yang jelek. Demi Allah, aku tidak mengetahui dirimu ini melainkan sebagai orang yang lambat untuk menaati Allah Subhanahu wa Ta’ala, namun sangat bersegera dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membalasmu dengan kejelekan,” jawab yang ditanya.

Kemudian didatangkan kepadanya seorang yang buta, bisu lagi tuli. Di tangannya ada sebuah tongkat dari besi yang bila dipukulkan ke sebuah gunung niscaya gunung itu akan hancur menjadi debu. Lalu orang yang buta, bisu dan tuli itu memukul si kafir dengan satu pukulan hingga ia menjadi debu. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala mengembalikan jasadnya sebagaimana semula, lalu ia dipukul lagi dengan pukulan berikutnya. Ia pun menjerit dengan jeritan yang dapat didengar oleh seluruh makhluk, kecuali jin dan manusia.

Kemudian dibukakan untuknya sebuah pintu neraka dan dibentangkan hamparan neraka, maka ia pun berdoa, “Wahai Rabbku! Janganlah engkau datangkan hari kiamat.” (HR. Ahmad 4/287, 288, 295, 296, Abu Dawud no. 3212, 4753, dll, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Abi Dawud dan Ahkamul Jana`iz hal. 202)

Pembaca yang mulia, maka setelah membaca pengabaran beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas, masihkah tersisa angan yang panjang dalam kehidupan dunia ini?

Adakah jiwa masih berani bermaksiat kepada Rabbul ‘Izzah dan enggan untuk taat kepada-Nya?

Manakah yang menjadi pilihan saat harus menghadapi kenyataan datangnya maut menjemput: ruh diangkat dengan penuh kemuliaan ke atas langit lalu beroleh kenikmatan kekal, ataukah diempaskan dengan hina-dina lalu beroleh adzab yang pedih?

Bagi hati yang lalai, bangkit dan berbenah dirilah untuk menghadapi “hari esok” yang pasti datangnya. Adapun hati yang ingat, istiqamah-lah sampai akhir…

Sungguh hati seorang mukmin akan dicekam rasa takut disertai harap dengan berita di atas, air mata mengalir tak terasa, tangan pun tengadah memohon kepada Dzat Yang Maha Pengasih lagi Penyayang,

“Ya Allah, berilah kami taufik kepada kebaikan dan istiqamah di atasnya sampai akhir hidup kami. Jangan jadikan kami silau dan tertipu dengan kehidupan dunia yang fana hingga melupakan pertemuan dengan-Mu. Wafatkanlah kami dalam keadaan husnul khatimah. Lindungi kami dari adzab kubur dan dari siksa neraka yang amat pedih. Ya Arhamar Rahimin, berilah nikmat kepada kami dengan surga-Mu yang seluas langit dan bumi. Aamiin… Ya Rabbal ‘Alamin.”

Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

Semoga tulisan sederhana ini membawa banyak manfaat bagi yang membacanya. Segala kesalahan adalah dari saya pribadi, untuk itu saya mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan kebenaran itu mutlak milik Allah Azza Wa Jalla...Wallahu Musta'an

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ila ha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika . . ..•*´`*•.♥♥.•*´`'•.¸*¤* ¸.•'´´*•.♥♥.•*´`*•.

Anas bin Malik Ra
Nasab beliau

Beliau adalah Anas bin Malik bin Nadzor bin Dhomdom bin Zaid bin Harom bin Jundub bin Amir bin Ghanam bin Adi bin An Najjar, Abu Hamzah Al Ansori Al Khazraji. Dia termasuk kerabat Rasulullah n dari jalur istri. Ia juga muridnya, pengikutnya dan sahabat yang terakhir meninggal dunia. Ia adalah pembantu Rasulullah n seorang yang banyak meriwayatkan hadits darinya. Ibunya adalah Ummu Sulaim Malikah binti Milhan bin Kholid bin Zaid bin Harom, istri Abi Tholhah Zaid bin Sahl Al Ansori. Ketika nabi saw datang ke Madinah, Anas berumur 10 tahun. Dan ketika itu juga, ibunya datang kepada nabi saw dan berkata kepadanya: “Ini adalah Anas anak yang pandai yang akan menjadi pembantumu”. Maka nabi pun menerimanya.

Lahir beliau

Ketika Rasul datang ke Madinah, Anas berumur 10 tahun, dan ketika beliau wafat Anas berumur 20 tahun. Jadi Anas lahir 10 tahun sebelum tahun hijriyah atau bertepatan dengan tahun 612 Masehi. Ibunya juga seorang yang pandai dan telah masuk Islam, sehingga Anas pun dari kecil telah memeluk agama Islam.

Gelar beliau

Rasulullah saw. memberikan gelar kepadanya dengan Abu Hamzah (Singa).

Keilmuan dan Periwayatan Hadits

Ia adalah seorang Mufti, Qori, Muhaddits, Perowi Islam. Dia mendapatkan banyak ilmu dari Rasulullah n , Abu Bakar, Umar, Usman, Mu’ad, Usaid Al Hudair, Abi Tholhah, Ibunya sendiri Ummu Sulaim putri Milhan, Bibinya Ummu Haram dan suaminya Ubadah bin Shamit, Abu Dzar, Malik bin Sha’sha’ah, Abi Hurairah, Fatimah dan masih banyak lainnya.

Darinya juga banyak mencetak orang-orang penting, diantaranya adalah Al Hasan, Ibnu Sirin, Asy Sya’bi, Abu Kilabah, Makhul, Umar bin Abdul Aziz, Tsabit Al Banani, Bakar bin Abdillah Al Mazani, Az Zuhri, Qotadah, Ibnul Munkadir, Ishak bin Abdillah bin Abi Tholhah, Abdul Aziz bin Shuhaib, Syuaib bin Al Habhab, Amru bin Amir al Kufi, Sulaiman At Taimi, Hamid At Thowil, Yahya bin Sa’id Al Ansori, Katsir bin Salim, Isa bin Thohman dan Umar bin Syakir. Dan para sahabat beliau yang tsiqoh lebih dari 150 orang, sedang yang lemah sekitar 190 sahabat. Selebihnya adalah orang – orang yang tidak tsiqoh bahkan hadits dari mereka secara global dibuang. Seperti : Ibrahim bin Hadbah, Dinar bin Abu Makis, Khorrosy bin Abdillah, Musa At Tahwil. Mereka hidup setelah 200 tahun, mereka tidak dianggap.

Anas menemani Nabi saw dengan sempurna. Ia benar-benar sempurna dalam bermulazamah kepada beliau sejak beliau hijrah, sampai meninggal. Dia juga banyak mengikuti peperangan bersama beliau, juga berbaiat di bawah pohon (Bai’at Ridwan). Anas jika berbicara tentang hadits Rasulullah n , maka setelah selasai ia mengatakan “Sebagaimana yang dikatakan Rasulullah n “ Musnad Anas sebanyak 2.286, yang disepakati Bukhari dan Muslim sebanyak 180 hadits, dan yang hanya dalam riwayat Bukhari 80 hadits dan Muslim 90 hadits. Do’a Rasul terhadap Anas Ibunya datang kepada Rasulullah n dan berkata : “Wahai Rasulullah n ini adalah Anas, anak yang cerdas mau menbantumu”. Kemudian Anas diserahkan kepada Rasulullah n dan beliau pun menerimanya. Ibunya pun memohon kepada Rasulullah n untuk mendoakan Anas, maka Rasul pun berdoa untuknya, اللهم أكثر ماله وولده وأدخله الجنة اللَّهُمَّ أَكْثِرْ مَالَهُ وَوَلَدَهُ وَأَطِلْ عُمُرَهُ وَاغْفِرْ ذَنْبه “Ya Allah perbanyaklah anak dan hartanya, serta masukkanlah dia ke dalam surga” dalam riwayat lain, “Ya Allah perbanyaklah harta dan anaknya, panjangkanlah umurnya dan ampunilah dosanya” Anas berkata, “Demi Allah hartaku sangat melimpah, sampai kurma dan anggurku berbuah dua kali dalam setahun. Jumlah anak-anak dan cucuku – cucuku mencapai seratus.” dalam riwayat lain seratus enam. Dalam riwayat lain juga disebutkan dari anak perempuannya Aminah, mengabarkan tentang anak beliau yang mati dan dikuburkan saja itu mencapai 120 anak, selain cucunya, itu pada saat Hajjaj berkuasa di Basrah. Berkat do’a Rasulullah saw. ia menjadi sahabat yang paling banyak anaknya serta paling panjang umurnya, dan paling akhir meninggal dunia. Penjaga Rahasia Rasulullah saw. Suatu hari Anas melayani Rasulullah saw. sampai selesai, kemudian dia berkata: ” Nabi sedang tidur siang”, kemudian dia pergi dan didapatinya anak-anak pada bermain. Kemudian ia berdiri dan melihat permainan mereka. Tiba-tiba nabi datang, dan memberi salam kepada mereka. Terus memanggil Anas dan mengutusnya untuk suatu urusan. Sepertinya ini adalah perintah rahasia, hingga dia mendatangi ibunya dengan pelan. Ibunya bertanya “Ada apa denganmu”? Anas menjawab, “Nabi mengutusku untuk suatu urusan. Ibunya bertanya lagi, “Urusan apa itu?” Anas menjawab, “Ini adalah rahasia nabi”. Maka ibunya berkata, ” Jagalah rahasia Rasulullah saw. Maka Anas tidak menceritakan kepada siapapun. Akhlah Rasulullah saw. terhadap Anas. Pada suatu hari Rasulullah mengutus anas untuk suatu hajat, kemudian dia berkata, Demi Allah saya tidak akan pergi! Dalam hatiku aku akan pergi kalau nabi menyuruhku. Kemudian dia pergi dan melintasi anak-anak yang sedang bermain di pasar. Maka tiba-tiba Rasulullah n memegang tengkuknya dari belakang. Kemudian dia melihat kepada beliau, ternyata beliau tersenyum dan berkata, “Wahai Unais, pergilah sesuai apa yang aku perintahkan! Maka anas menjawab : Baik Rasulullah n saya akan pergi. Anas berkata ” Demi Allah saya telah menjadi pembantu beliau selama 9 tahun, saya tidak mendapatkan beliau komentar apa yang aku kerjakan” Kenapa kamu berbuat sepert ini dan begini? Atau sesuatu yang aku tinggalkan, ” Kenapa kamu tidak berbuat seperti ini?” Anas telah menjadi pembantu Rasulullah saw bertahun-tahun tapi beliau tidak pernah mencelanya sama sekali, tidak pernah memukul, tidak pernah menghardik, tidak pernah bermuka masam, tidak pernah menyuruhnya dan dia malas kemudian Rasulullah n mencelanya. Maka jika salah satu keluarganya mencelanya, beliau berkata, ” Biarkanlah apa yang dia kerjakan!” Tsabit bertanya kepada Anas “Apakah tanganmu pernah bersentuhan dengan telapak tangan Rasulullah saw? Ia menjawab, Ya, pernah. Ia mengulurkannya padaku, dan aku menyambutnya. Candanya Rasul kepada Anas Rasulullah juga pernah bercanda dengan Anas. Beliau berkata padanya : ياذا الأذنين ) ) “Wahai yang punya dua telinga” Makan beliau Abu Ja’far berkata, “Anas itu berbelang, dan sangat jelas sekali. Dan sya melihat dia makan dengan suapan besar” Abu Ayub berkata, ” Anas lemah dalam mengerjakan puasa, maka ia membuat makanan, kemudian memanggil 30 orang miskin dan memberi makan mereka. Cincin Anas Ibnu Sirin berkata, ” Di cincin Anas terdapat lukisan srigala” Sedang menurut Az Zuhri, dari Anas, bahwa cincinnnya bertuliskan “Muhammad Rasulullah” Jika mau ke kamar mandi, ia melepasnya. Keutamaan Anas Nabi saw talah mengkhususkan Anas dengan sebagian ilmu. Diantaranya adalah sabda beliau kepada Anas, bahwasanya beliau mampu mendatangi sembilan isrinya pada waktu dhuha dengan sekali mandi. Rasulullah saw. mempersaudarakan antara Muhajirin dan Ansor di rumah Anas, dan mereka berjumlah 90 orang. Setengah dari Muhajirin dan setengahnya lagi dari Ansor. Rasulullah saw mempersaudarakan mereka atas persamaan diantara mereka, saling mewarisi setelah meninggal tanpa ada hubungan rahim, sampai terjadinya perang Badar. Ketika turun ayat: { وأولو الأرحام بعضهم أولى ببعض في كتاب الله } [ الأحزاب 6 ] Maka setelah itu, saling mewarisi harus karena hubungan rahim, bukan ikatan persaudaraan. Kata mutiara لايتقي ( الله ) عبد حتى يخزن من لسانه “Seorang hamba tidak dikatakan betakwa kepada Allah, sampai dia bisa menjaga lisannya” Ibadah beliau Abu Hurairah berkata, : “Saya tidak pernah melihat seorang sahabatpun yang mirip dengan sholatnya Rasulullah saw selain daripada ibnu Ummu Sulaim (Anas bin Malik ). Ibnu Sirin berkata, “Anas adalah sahabat yang sholatnya paling bagus, baik di rumah maupun pada waktu safar.” Tsumamah berkata, “Anas sholat sampai kedua kakinya bengkak mengeluarkan darah, karena sholatnya sangat panjang. Semoga Allah meridhoinya. Anas berkata, : “Ambillah (Al Qur’an dan As Sunnah) dariku, karena saya mengambilnya langsung dari Rasulullah saw, dan Rasulullah n dari Allah swt. Kamu tidak akan mendapatkan kabar yang lebih kuat, kecuali dariku” Anas juga tahu benar ibadah Rasulullah saw. Dan tidak ada satu malampun dia melihat Rasulullah kecuali beliau menangis. Al Hariri berkata: Anas mulai ihram dari Dzat Iraq, saya tidak mendengar sesuatupun darinya kecuali dzikir kepada Allah, sampai dia tahalul. Kemudian ia berkata padaku “Wahai keponakanku (ibn akhi) beginilah ihram.” Pada hari Jum’at, Anas menemui Sholih bin Ibrahim yang sedang berbincang-bincang di salah satu rumah istri nabi, lalu dia berkata “Mah” Ketika selesai sholat, dia berkata, : “Saya benar-benar takut kalau-kalau sholat Jum’atku batal, gara-gara perkataanku pada kalian “Mah”. Rasa takut beliau Ketika Az Zuhri masuk ke rumah Anas di Dimsiq (Irak), dia melihat Anas menangis. Kemudian ditanya, “Apa yang menyebabkan engkau menangis? Dia menjawab, “Saya tidak tahu apapun kecuali apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah n dan para sahabatnya tentang masalah shalat. Dalam masalah sholat ini telah dihilangkan ( diakhirkan dari waktunya ). Pada masa itu ( Bani Umayyah ) masalah sholat diakhirkan, kecuali pada masa Umar bin Abdul Aziz. Jihad beliau Anas mulai ikut berjihad mulai dari kecil. Dikatakan kepada Anas: Apakah engkau menyaksikan perang Badar? Ia menjawab ” Laa umma laka! Kemanakah saya kalau sampai tidak hadir.” Muhammad bin Abdullah berkata ” Anas keluar bersama Rsulullah ketika terjadi perang Badar, ia adalah seorang anak yang membantu Rasulullah. Musa mengabarkan bahwa Anas mengikuti peperangan sebanyak delapan kali. Karamah Anas Ibnu Abi Dunya berkata “Ketika Tsabit sedang bersama Anas, tiba-tiba datang Qohromanah dan berkata, “Wahai Abu Hamzah, talah datang musim kemarau, sehingga tanah kami kering” Kemudian Anas langsung berdiri dan mengambil air wudhu, lalu keluar menuju tanah tadi dan melakukan sholat sebanyak dua rakaat. Setelah itu dia berdo’a. Maka tiba-tiba awan mendung dan turunlah hujan, sampai airnya meluap. Ketika hujan reda, Anas memanggil sebagian keluarganya dan berkata ” Lihatlah langit itu”. Maka setelah itu tanahnya menjadi subur. Menjadi Amir Abu Bakar dan Umar telah mengangkat Anas sebagai amir di Bahrain, keduanya pun berterima kasih kepadanya. Setelah dari Rasulullah saw, Anas pergi ke Basrah. Di sana dia sampai mengalami empat masa, dan mendapatkan perlakuan yang kasar ketika masa Hajjaj dikarenakan fitnah dari Ibnu Asy’ats. Hajjaj mengira bahwa Anas ikut campur dalam masalahnya kemudian dia berfatwa mengenai hal tersebut. Hingga Hajjaj menunjukan lehernya dan berkata, ” Nih… lehernya Hajaj!” Kemudian Anas mengadu pada Abdul Malik. Maka ketika Abdul Malik mendapat laporan seperti itu dia langsung mengancam Hajjaj, sehingga dia merasa takut dan berbuat baik sama Anas. Anas pernah menjadi utusan Abdul Malik pada masa kepemerintahannya, sekitar tahun 92. Dia membangun semua kota Dimsiq. Ketika Anas bergegas menuju masjid Dimsiq, Makhul bertanya padanya, “Apakah wajib berwudlu ketika selesai mengurus jenazah? Beliau menjawab “Tidak usah wudlu” Ketika Anas menghadap Walid, dia bertanya, “Apa yang telah engkau dengar dari Rasul perihal hari kiamat? Anas menjawab, “Saya mendengar Rasulullah n bersabda “Kalian dan hari kiamat seperti dua ini –jari telunjuk dan jari tengah-” Zuhud dan Ketawakalan beliau Ketika seorang amir datang untuk memberikan fa’i kepada Anas, dia mengatakan apakah anda mau mengambil 1/5? Dia menjawab, “Tidak” Ia tidak menerimanya. Ketika Anas sakit, ditawarkan kepadanya agar didatangkan seorang dokter, tapi Anas malah menjawab ” Seorang dokter malah menyakitiku” Syafaat Rasul untuk Anas Imam Ahmad berkata : Anas meminta syafaat kepada Rasulullah n pada hari kiamat. Maka rasul menjawab, “Ya pasti saya akan penuhi permohonanmu.” Anas bertanya, “Di manakah saya memohonnya pada hari kiamat nanti, wahai nabiyallah?” Rasul menjawab “Mintalah padaku sesuatu yang pertama kamu minta padaku yaitu di atas sirat.” Tanya Anas, “Jika aku tidak ketemu engkau di situ?” Jawab rasul, “Maka kalau tidak ketemu di sana berarti saya berada di Mizan. Jika tidak ketemu di Mizan, maka saya ada di Telaga, saya tidak salah tentang tiga tempat tersebut pada hari kiamat” Harapan Anas Anas adalah pemilik sandal dan kantong kulit Rasulullah saw. Anas berkata, : Aku sangat mendambakan akan bertemu dengan Rasulullah saw dan berkata ” Wahai Rasulullah saw aku adalah pembantu kecilmu” Wafatnya beliau Dikatakan kepada Anas, “Engkau adalah sahabat Rasulullah n yang paling terakhir yang masih hidup.” Anas menjawab, Kaum Arab masih tersisa, adapun dari sahabat beliau, maka saya adalah orang yang paling akhir yang masih hidup. Ketika Anas sakit, ditawarkan kepadanya agar didatangkan seorang dokter, tapi Anas malah menjawab ” Seorang dokter menyakitiku” dan dia memohon agar dia ditalkin ‘Laa ilaha illallh, karena dia (Malaikat) telah datang. Dia senantiasa mengatakannya, sampai Malaikat pencabut nyawa mencabut nyawanya. Di sisi dia ada tongkat kecil punya Rasulullah saw. yang kemudian dikubur bersamanya. Ketika Anas wafat, beliau berumur 107 tahun. Berkata Waqidi dan lainnya” Anas adalah sahabat di Basrah yang paling terakhir wafatnya.” Para ahli sejarah selisih dalam menentukan kematian beliau, ada yang mengatakan wafat pada tahun 90, 91, 92 dan ada pula yang mengatakan tahun 93, dan inilah yang mashur menurut jumhur. Imam Ahmad berkata : Anas bin Malik dan Jabir bin Zaid wafat bersamaan pada hari Jum’at, tahun 93. Qotadah berkata : Ketika Anas wafat, Muariq al ‘Ajli berkata, Hari ini telah pergi / hilang setengah dari pada ilmu. Dia ditanya, kenapa bisa demikian wahai Abu Mu’tamar? Ia menjawab : Jika ada orang-orang pengikut hawa nafsu menyelisihi kita hadits dari Rasulullah n kita katakan pada mereka : “Mari kita kembalikan pada orang yang mendengar (Anas) darinya (Rasul).” Wallahu a’lam bishowab Refrensi : Al Bidayah Wan Nihayah, Ibnu Katsir, Maktabah Ash Shofa, cet 1, 1423 H – 2003 M. Siyar A’lam An Nubala, Imam Adz Dzahabi, Darul Fikr, cet 1, 1417 H – 1997 M. Hayah Ash Shohabah, Muhamad Yusuf Al Kandahlawi, Darul Qolam, cet 1, 1406 H – 1987 M. Al Ishobah, Ibnu Hajar Al Asqolani Zadul Ma’ad, Ibnu Qoyyim Al Jauziyah, Muasasah Ar Risalah, cet 3, 1421 H – 2000 M.

Sabtu, 15 Oktober 2011

Maulud Nabi dalam Tinjauan Sejarah
Tanggal 12 rabi’ul awal telah menjadi salah satu hari istimewa bagi sebagian kaum muslimin. Hari ini dianggap sebagai hari kelahiran Nabi akhir zaman, sang pembawa risalah penyempurna, Nabi agung Muhammad shallallahu alaihi wa ‘alaa alihi wa sahbihi wa sallam. Perayaan dengan berbagai acara dari mulai pengajian dan dzikir jama’ah sampai permainan dan perlombaan digelar untuk memeriahkan peringatan hari yang dianggap istimewa ini. Bahkan ada di antara kelompok thariqot yang memperingati maulid dengan dzikir dan syair-syair yang isinya pujian-pujian berlebihan kepada Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam. Mereka meyakini bahwa ruh Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam yang mulia akan datang di puncak acara maulid. Oleh karena itu, pada saat puncak acara pemimpin thariqot tersebut memberikan komando kepada peserta dzikir untuk berdiri dalam rangka menyambut kedatangan ruh Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam yang hanya diketahui oleh pemimpin thariqot.

Sungguh aqidah semacam ini sama persis dengan aqidah orang-orang hindu yang meyakini bangkitnya roh leluhur. Namun sayangnya sebagian kaum muslimin menganggap hal ini sebagai bentuk ibadah. Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’un, kesesatan mana lagi yang lebih parah dari kesesatan ini…

Kapankah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan?

Pada hakekatnya para ahli sejarah berselisih pendapat dalam menentukan sejarah kelahiran Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam, terutama yang terkait dengan bulan, tanggal, hari, dan tempat di mana Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam dilahirkan.

Pertama: Bulan kelahiran

Pendapat yang paling masyhur, beliau dilahirkan di bulan Rabi’ul Awal. Dan ini adalah pendapat mayoritas ulama. Bahkan dikatakan oleh Ibnul Jauzi sebagai kesepakatan ulama.

Namun di sana ada sebagian yang berpendapat bahwa beliau dilahirkan di bulan safar, Rabi’ul Akhir, dan bahkan ada yang berpendapat beliau dilahirkan di bulan Muharram tanggal 10 (hari Asyura). Kemudian sebagian yang lain berpendapat bahwa beliau lahir di bulan Ramadlan. Karena bulan Ramadlan adalah bulan di mana beliau mendapatkan wahyu pertama kali dan diangkat sebagai nabi. Pendapat ini bertujuan untuk menggenapkan hitungan 40 tahun usia beliau shallallahu ‘alahi wa sallam ketika beliau diangkat sebagai nabi.

Kedua: Tanggal kelahiran

Disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Mulim bahwa Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam pernah ditanya tentang puasa hari senin. Kemudian beliau menjawab: “Hari senin adalah hari dimana aku dilahirkan dan peryama kali aku mendapat wahyu.” Akan tetapi para ahli sejarah berbeda pendapat tentang tanggal berapa Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam dilahirkan. Di antara pendapat yang disampaikan adalah: Hari senin Rabi’ul Awal (tanpa ditentukan tanggalnya), tanggal 2 Rabi’ul Awal, tanggal 8, 10, 12, 17 Rabiul Awal, dan 8 hari sebelum habisnya bulan Rabi’ul Awal.

Pendapat yang lebih kuat

Berdasarkan penelitian ulama ahli sejarah Muhammad Sulaiman Al Mansurfury dan ahli astronomi Mahmud Basya disimpulkan bahwa hari senin pagi yang bertepatan dengan permulaan tahun dari peristiwa penyerangan pasukan gajah dan 40 tahun setelah kekuasaan Kisra Anusyirwan atau bertepatan dengan 20 atau 22 april tahun 571, hari senin tersebut bertepatan dengan tanggal 9 Rabi’ul Awal. (Ar Rahiqum Makhtum).

Tanggal kematian

Para ulama ahli sejarah menyatakan bahwa beliau meninggal pada hari senin tanggal 12 Rabi’ul Awal tahun 11 H dalam usia 63 tahun lebih empat hari.

Satu catatan penting yang perlu kita perhatikan dari dua kenyataan sejarah di atas. Antara penentuan tanggal kelahiran Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam dan tanggal kematian beliau shallallahu ‘alahi wa sallam. Kenyataan ini menunjukkan bahwa para ulama tidak banyak memberikan perhatian terhadap tanggal kelahiran Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam. Karena penentuan kapan beliau dilahirkan sama sekali tidak terkait dengan hukum syari’at. Beliau dilahirkan tidak langsung menjadi nabi, dan belum ada wahyu yang turun di saat beliau dilahirkan. Beliau baru diutus sebagai seorang nabi di usia 40 tahun lebih 6 bulan. Hal ini berbeda dengan hari wafatnya Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam, seolah para ulama sepakat bahwa hari wafatnya beliau adalah tanggal 12 Rabiul Awal tahun 11 H. Hal ini karena kematian beliau berhubungan dengan hukum syari’at. Kematian beliau merupakan batas berakhirnya wahyu Allah yang turun. Sehingga tidak ada lagi hukum baru yang muncul setelah wafatnya beliau shallallahu ‘alahi wa sallam.

Maka jika ada pertanyaan, tanggal 12 Rabi’ul Awal itu lebih dekat sebagai tanggal kelahiran Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam ataukah tanggal kematian Beliau shallallahu ‘alahi wa sallam?? Orang yang bisa memahami sejarah akan mengatakan bahwa tanggal 12 Rabi’ul Awal itu lebih dekat pada hari kematian Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam. Karena dalam masalah tanggal kelahiran para ulama ahli sejarah berselisih sementara dalam masalah kematian tidak ditemukan adanya perselisihan.

Setelah kita memahami hal ini, bisa kita tarik kesimpulan bahwa tanggal 12 Rabi’ul Awal yang diperingati sebagai hari kelahiran Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam pada hakekatnya lebih dekat pada peringatan hari kematian Nabi yang mulia Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam. Oleh karena itu, sikap sebagian besar kaum muslimin yang selama ini memperingati hari maulid Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam sebenarnya mirip dengan tindakan kaum nasrani dalam memperingati tanggal 25 Desember. Mereka beranggapan bahwa itu adalah tanggal kelahiran Yesus padahal sejarah membuktikan bahwa Yesus tidak mungkin dilahirkan di bulan Desember. Dengan alasan apa lagi kita hendak merayakan 12 Rabi’ul Awal sebagai peringatan maulid??

Sejarah munculnya peringatan maulid

Disebutkan para ahli sejarah bahwa kelompok yang pertama kali mengadakan maulid adalah kelompok Bathiniyah, yang mereka menamakan dirinya sebagai bani Fatimiyah dan mengaku sebagai keturunan Ahli Bait (keturunan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam). Disebutkan bahwa kelompok batiniyah memiliki 6 peringatan maulid, yaitu maulid Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam, maulid Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, maulid Fatimah, maulid Hasan, maulid Husain dan maulid penguasa mereka. Daulah Bathiniyah ini baru berkuasa pada awal abad ke-4 H. Oleh karena itu, para ulama sepakat bahwa maulid Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam baru muncul di zaman belakangan, setelah berakhirnya massa tiga abad yang paling utama dalam umat ini (al quruun al mufadholah). Artinya peringatan maulid ini belum pernah ada di zaman Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam dan para sahabat, tabi’in dan para Tabi’ tabi’in. Al Hafid As Sakhawi mengatakan: “Peringatan maulid Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam belum pernah dinukil dari seorangpun ulama generasi terdahulu yang termasuk dalam tiga generasi utama dalam islam. Namun peringatan ini terjadi setelah masa itu.”

Pada hakekatnya, tujuan utama daulah ini mengadakan peringatan maulid Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam adalah dalam rangka menyebarkan aqidah dan kesesatan mereka. Mereka mengambil simpati kaum muslimin dengan kedok cinta ahli bait Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam. (Dhahiratul Ihtifal bil Maulid An Nabawi karya Abdul Karim Al Hamdan)

Siapakah Bani Fatimiyah

Bani Fatimiyah adalah sekelompok orang Syi’ah pengikut Ubaid bin Maimun Al Qoddah. Mereka menyebut dirinya sebagai bani Fatimiyah karena menganggap bahwa pemimpin mereka adalah keturunan Fatimah putri Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam. Meskipun aslinya ini adalah pengakuan dusta. Oleh karena itu nama yang lebih layak untuk mereka adalah Bani Ubaidiyah bukan Bani Fatimiyah. Kelompok ini memiliki paham syi’ah rafidhah yang menentang ahlu sunnah, dari sejak didirikan sampai masa keruntuhannya. Berkuasa di benua Afrika bagian utara selama kurang lebih dua abad. Dimulai sejak keberhasilan mereka dalam meruntuhkan daulah Bani Rustum tahun 297 H dan diakhiri dengan keruntuhan mereka di tangan daulah Salahudin Al Ayyubi pada tahun 564 H. (Ad Daulah Al Fathimiyah karya Ali Muhammad As Shalabi).

Daulah Fatimiyah ini memiliki hubungan erat dengan kelompok syi’ah Al Qaramithah Bathiniyah. Perlu diketahui bahwa Kelompok Al Qaramithah Bathiniyah ini memiliki keyakinan yang sangat menyimpang dari ajaran islam. Diantaranya mereka hendak menghilangkan syariat haji dalam agama islam. Oleh karena itu, pada musim haji tahun 317 H kelompok ini melakukan kekacauan di tanah haram dengan membantai para jama’ah haji, merobek-robek kain penutup pintu ka’bah, dan merampas hajar aswad serta menyimpannya di daerahnya selama 22 tahun. (Al Bidayah wan Nihayah karya Ibn Katsir).

Siapakah Abu Ubaid Al Qoddah

Nama aslinya Ubaidillah bin Maimun, kunyahnya Abu Muhammad. Digelari dengan Al Qoddah yang artinya mencolok, karena orang ini suka memakai celak sehingga matanya kelihatan mencolok. Pada asalnya dia adalah orang yahudi yang membenci islam dan hendak menghancurkan kaum muslimin dari dalam. Dia menanamkan aqidah batiniyah. Dimana setiap ayat Al Qur’an itu memiliki makna batin yang hanya diketahui oleh orang-orang khusus diantara kelompok mereka. Maka dia merusak ajaran islam dengan alasan adanya wahyu batin yang dia terima dan tidak diketahui oleh orang lain. (Al Ghazwul Fikr & Ad Daulah Al Fathimiyah karya Ali Muhammad As Shalabi).

Dia adalah pendiri dan sekaligus orang yang pertama kali memimpin bani Fatimiyah. Pengikutnya menggelarinya dengan Al Mahdi Al Muntadhor (Al Mahdi yang dinantikan kedatangannya). Berasal dari Iraq dan dilahirkan di daerah Kufah pada tahun 206 H. Dirinya mengaku sebagai keturunan salah satu ahli bait Ismail bin Ja’far As Shadiq melalui pernikahan rohani (nikah non fisik). Namun kaum muslimin di daerah Maghrib mengingkari pengakuan nasabnya. Yang benar dia adalah keturunan Said bin Ahmad Al Qoddah. Dan terkadang orang ini mengaku sebagai pelayan Muhammad bin Ja’far As Shodiq. Semua ini dia lakukan dalam rangka menarik perhatian manusia dan mencari simpati umat. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak diantara orang-orang bodoh daerah afrika yang membenarkan dirinya dan menjadikannya sebagai pemimpin. (Al Bidayah wan Nihayah karya Ibn Katsir & Ad Daulah Al Fathimiyah karya Ali Muhammad As Shalabi).

Sikap para ulama terhadap Bani Ubaidiyah (Fatimiyah)

Para ulama ahlus sunnah telah menegaskan status kafirnya bani ini. Karena aqidah mereka yang menyimpang. Para ulama menegaskan tidak boleh bermakmum di belakang mereka, tidak boleh menshalati jenazah mereka, tidak boleh adanya hubungan saling mewarisi di antara mereka, tidak boleh menikah dengan mereka, dan sikap-sikap lainnya sebagaimana yang selayaknya diberikan kepada orang kafir. Diantara ulama Ahlus Sunnah yang sezaman dengan mereka dan secara tegas menyatakan kekafiran mereka adalah As Syaikh Abu Ishaq As Siba’i. Bahkan beliau mengajak untuk memerangi mereka. Syaikh Al Faqih Abu Bakr bin Abdur Rahman Al Khoulani menceritakan:

“Syaikh Abu Ishaq bersama para ulama lainnya pernah ikut memerangi bani Aduwillah (Bani Ubaidiyah) bersama bersama Abu Yazid. Beliau memberikan ceramah di hadapan tentara Abu Yazid: ‘Mereka mengaku ahli kiblat padahal bukan ahli kiblat, maka kita wajib bersama pasukan ini yang merupakan ahli kiblat untuk memerangi orang yang bukan ahli kiblat (yaitu Bani Ubaidiyah)…’”

Diantara ulama yang ikut berperang melawan Bani Ubaidiyah adalah Abul Arab bin Tamim, Abu Abdil Malik Marwan bin Nashruwan, Abu Ishaq As Siba’i, Abul Fadl, dan Abu Sulaiman Rabi’ Al Qotthan. (Ad Daulah Al Fathimiyah karya Ali Muhammad As Shalabi).

Setelah kita memahami hakekat peringatan maulid yang sejatinya digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan aqidah kekafiran bani Ubaidiyah…akankah kita selaku kaum muslimin yang membenci mereka melestarikan syi’ar orang-orang yang memusuhi ajaran Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam?? Perlu kita ketahui bahwa merayakan maulid bukanlah wujud cinta kita kepada Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam. Bukankah para sahabat, ulama-ulama Tabi’in, dan Tabi’ Tabi’in adalah orang-orang yang paling mencintai Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam. Namun tidak tercatat dalam sejarah bahwa mereka merayakan peringatan maulid. Akankah kita katakan mereka tidak mencintai Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam.

Seorang penyair mengatakan:

Jika cintamu jujur tentu engkau akan mentaatinya…

karena orang yang mencintai akan taat kepada orang yang dia cintai…

Cinta yang sejati bukanlah dengan merayakan hari kelahiran seseorang… namun cinta yang sejati adalah dibuktikan dengan ketaatan kepada orang yang dicintai. Dan bagian dari ketaatan kepada Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam adalah dengan tidak melakukan perbuatan yang tidak beliau ajarkan.

Wallahu Waliyyut Taufiq

Jumat, 14 Oktober 2011

Tentang Khilafah
1. Wajibkah mendirikan khilafah?

Tidak wajib! Yang wajib itu adalah memiliki pemimpin, yang dahulu disebut khalifah, kini bebas saja mau disebut ketua RT, kepala suku, presiden, perdana menteri, etc. Ada pemelintiran seakan-akan para ulama mewajibkan mendirikan khilafah, padahal arti kata "khilafah" dalam teks klasik tidak otomatis bermakna sistem pemerintahan Islam (SPI) yang dipercayai oleh para pejuang pro-khilafah.

Masalah kepemimpinan ini simple saja: "Nabi mengatakan kalau kita pergi bertiga, maka salah satunya harus ditunjuk jadi pemimpin". Tidak ada nash yang qat'i di al-Qur'an dan Hadis yang mewajibkan mendirikan SPI (baca: khilafah ataupun negara Islam). Yang disebut "khilafah" sebagai SPI itu sebenarnya hanyalah kepemimpinan yang penuh dengan keragaman dinamika dan format. Tidak ada format kepemimpinan yang baku.

2. Bukankah ada Hadis yang mengatakan khilafah itu akan berdiri lagi di akhir zaman?

Para pejuang berdirinya khilafah percaya bahwa Nabi telah menjanjikan akan datangnya kembali khilafah di akhir jaman nanti. Mereka menyebutnya dengan khilafah 'ala minhajin nubuwwah. Ini dalil pegangan mereka:

"Adalah masa Kenabian itu ada di tengah-tengah kamu sekalian, adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang menempuh jejak kenabian (Khilafah 'ala minhajin nubuwwah), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya (menghentikannya) apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang menggigit (Mulkan 'Adldlon), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang menyombong (Mulkan Jabariyah), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya, apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang menempuh jejak Kenabian (Khilafah 'ala minhajin nubuwwah). Kemudian beliau (Nabi) diam." (Musnad Ahmad: IV/273).

Cukup dengan berpegang pada dalil di atas, para pejuang khilafah menolak semua argumentasi rasional mengenai absurd-nya sistem khilafah. Mereka menganggap kedatangan kembali sistem khilafah adalah sebuah keniscayaan. Ada baiknya kita bahas saja dalil di atas. Salah satu rawi Hadis di atas bernama Habib bin Salim. Menurut Imam Bukhari, "fihi nazhar".

Inilah sebabnya imam Bukhari tidak pernah menerima hadis yang diriwayatkan oleh Habib bin Salim tsb. Di samping itu, dari 9 kitab utama (kutubut tis'ah) hanya Musnad Ahmad yang meriwayatkan hadis tsb. Sehingga "kelemahan" sanad hadis tsb tidak bisa ditolong.

Rupanya Habib bin salim itu memang cukup "bermasalah." Dia membaca hadis tsb. di depan khalifah 'Umar bin Abdul Aziz untuk menjustifikasi bahwa kekhilafahan 'Umar bin Abdul Aziz merupakan khilafah 'ala minhajin nubuwwah. Saya menduga kuat bahwa Habib mencari muka di depan khalifah karena sebelumnya ada sejumlah hadis yang mengatakan: "Setelah kenabian akan ada khilafah 'ala minhajin nubuwwah, lalu akan muncul para raja."

Hadis ini misalnya diriwayatkan oleh Thabrani (dan dari penelaahan saya ternyata sanadnya majhul, tidak jelas). Saya duga hadis Thabrani ini muncul pada masa Mu'awiyah atau Yazid sebagai akibat pertentangan politik saat itu.

"Khilafah 'ala minhajin nubuwwah" di teks Thabrani ini mengacu kepada khulafa al-rasyidin, lalu "raja" mengacu kepada Mu'awiyah dkk. Tapi tiba-tiba muncul Umar bin Abdul Azis -dari dinasti Umayyah-yang baik dan adil. Apakah beliau termasuk "raja" yang ngawur dalam hadis tsb?

Maka muncullah Habib bin Salim yang bicara di depan khalifah Umar bin Abdul Azis bahwa hadis yang beredar selama ini tidak lengkap. Menurut versi Habib, setelah periode para raja, akan muncul lagi khilafah 'ala minhajin nubuwwah-dan ini mengacu kepada Umar bin Abdul Azis. Jadi nuansa politik hadis ini sangat kuat.

Repotnya, istilah khilafah 'ala minhajin nubuwwah yang dimaksud oleh Habib (yaitu Umar bin Abdul Azis) sekarang dipahami oleh Hizbut Tahrir (dan kelompok sejenis) sebagai jaminan akan datangnya khilafah lagi di kemudian hari. Mereka pasti repot menempatkan 'Umar bin Abdul Aziz dalam urutan di atas tadi: kenabian, khilafah 'ala mihajin nubuwwah periode pertama (yaitu khulafa al-rasyidin), lalu para raja, dan khilafah 'ala minhajin nubuwwah lagi. Kalau khilafah 'ala minhajin nubuwwah periode yang kedua baru muncul di akhir jaman maka Umar bin Abdul Azis termasuk golongan para raja yang ngawur.

Saya kira kita memang harus bersikap kritis terhadap hadis-hadis berbau politik. Sayangnya sikap kritis ini yang sukar ditumbuhkan di kalangan para pejuang khilafah.

3. Bukankah khilafah adalah solusi dari masalah ummat? Selama ummat Islam mengadopsi sistem kafir (demokrasi) maka ummat Islam tidak akan pernah jaya?

Di sinilah letak perbedaannya: sistem khilafah itu dianggap sempurna, sedangkan sistem lainnya (demokrasi, kapitalis, sosialis, dll) adalah buatan manusia. Kalau kita menemukan contoh "jelek" dalam sejarah Islam, maka kita buru-buru bilang, "yang salah itu manusianya, bukan sistem Islamnya!". Tapi kalau kita melihat contoh "jelek" dalam sistem lain, kita cenderung untuk bilang, "demokrasi hanya menghasilkan kekacauan!" Jadi, yang disalahkan adalah demokrasinya. Ini namanya kita sudah menerapkan standard ganda.

Biar adil, marilah kita melihat bahwa yang disebut sistem khilafah itu sebenarnya merupakan sistem yang juga tidak sempurna, karena ia merupakan produk sejarah, dimana beraneka ragam pemikiran dan praktek telah berlangsung. Sayangnya, karena dianggap sudah "sempurna" maka sistem khilafah itu seolah-olah tidak bisa direformasi. Padahal banyak sekali yang harus direformasi.

Contoh: dalam sistem khilafah pemimpin itu tidak dibatasi periode jabatannya (tenure). Asalkan dia tidak melanggar syariah, dia bisa berkuasa seumur hidup. Dalam sistem demokrasi, hal ini tidak bisa diterima. Meskipun seorang pemimpin tidak punya cacat moral, tapi kekuasaannya dibatasi sampai periode tertentu.

Saya maklum kenapa sistem khilafah tidak membatasi jabatan khalifah. Soalnya pada tahun 1924 khilafah sudah bubar, padahal pada tahun 1933 (the 22nd Amendment) Amerika baru mulai membatasi jabatan presiden selama dua periode saja. Sayangnya, buku tentang khilafah yang ditulis setelah tahun 1933 masih saja tidak membatasi periode jabatan khalifah. Itulah sebabnya kita menyaksikan bahwa dalam sepanjang sejarah Islam, khalifah itu naik-turun karena wafat, dibunuh, atau dikudeta. Tidak ada khalifah yang turun karena masa jabatannya sudah habis.

Contoh lainnya, sistem khilafah selalu mengulang-ulang mengenai konsep baiat (al-bay`ah) dan syura. Tapi sayang berhenti saja sampai di situ [soalnya sudah dianggap sempurna]. Dalam tradisi Barat, electoral systems itu diperdebatkan dan terus "disempurnakan" dalam berbagai bentuknya. Dari mulai sistem proporsional, distrik sampai gabungan keduanya.

Begitu juga dengan sistem parlemen. Dari mulai unicameral sampai bicameral system dibahas habis-habisan, dan perdebatan terus berlangsung untuk menentukan sistem mana yang lebih bisa merepresentasikan suara rakyat dan lebih bisa menjamin tegaknya mekanisme check and balance.

Tapi kalau kita mau "melihat" ke teori Barat, nanti kita dituduh terpengaruh orientalis atau terjebak pada sistem kafir. Akhirnya kita terus menerus memelihara teori yang sudah ketinggalan kereta.

4. Kalau khilafah berdiri, maka ummat islam akan bersatu. Lantas kenapa harus ditolak? Bukankah kita menginginkan persatuan ummat?

Sejumlah dalil mengenai persatuan ummat Islam dan kaitannya dengan khilafah banyak dikutip oleh "pejuang khilafah" belakangan ini: Rasulullah SAW bersabda: "Jika dibai'at dua orang Khalifah, maka bunuhlah yang terakhir dari keduanya." (HR. Muslim)

Bagaimana "rekaman" sejarah soal ini? Ini daftar tahun berkuasanya khilafah yang sempat saya catat:

1. Ummayyah (661-750)

2. Abbasiyah (750-1258)

3. Umayyah II (780-1031)

4. Buyids (945-1055)

5. Fatimiyah (909-1171)

6. Saljuk (1055-1194)

7. Ayyubid (1169-1260)

8. Mamluks (1250-1517)

9. Ottoman (1280-1922)

10. Safavid (1501-1722)

11. Mughal (1526-1857)

Dari daftar di atas kita ketahui bahwa selepas masa Khulafa al-Rasyidin, ternyata hanya pada masa Umayyah dan awal masa Abbasiyah saja terdapat satu khalifah untuk semua ummat Islam. Sejak tahun 909 (dimana Abbasiyah masih berkuasa) telah berdiri juga kepemimpinan ummat di Egypt oleh Fatimiyyah (bahkan pada periode Fatimiyah inilah Universitas al-Azhar Cairo dibangun).

Di masa Abbasiyah, Cordova (Andalusia) juga memisahkan diri dan punya kekhalifahan sendiri (Umayyah II). Di Andalusia inilah sejarah Islam dicatat dengan tinta emas, namun pada saat yang sama terjadi kepemimpinan ganda di tubuh ummat, toh tetap dianggap sukses juga.

Pada masa Fatimiyyah di Mesir (909-1171), juga berdiri kekuasaan lainnya: Buyids di Iran-Iraq (945-1055). Buyids hilang, lalu muncul Saljuk (1055-1194), sementara Fatimiyah masih berkuasa di Mesir sampai 1171. Ayubid meneruskan Fatimiyyah dengan kekuasaan meliputi Mesir dan Syria (1169-1260). Dan seterusnya, ... silahkan diteruskan sendiri.

Jadi, sejarah menunjukkan bahwa khilafah itu tidak satu; ternyata bisa ada dua atau tiga khalifah pada saat yang bersamaan. Siapa yang dipenggal lehernya dan siapa yang memenggal? Mana yang sah dan mana yang harus dibunuh?

Kita harus kritis membaca Hadis-Hadis "politik" di atas. Saya menduga kuat Hadis semacam itu baru dimunculkan ketika terjadi pertentangan di kalangan ummat islam sepeninggal rasul. Alih-alih bermusyawarah, seperti yang diperintahkan Qur'an, para elit Islam tempo doeloe malah melegitimasi pertempuran berdarah dengan Hadis-Hadis semacam itu.

Sejumlah Ulama yang datang belakangan kemudian berusaha "mentakwil" makna Hadis di atas. Mereka menyadari bahwa situasi sudah berubah, dan Islam sudah meluas sampai ke pelosok kampung. Pernyataan Nabi di atas tidak bisa dilepaskan dari konteks traditional-state di Madinah, dimana resources, jumlah penduduk, dan luas wilayah masih sangat terbatas. Cocok-kah Hadis itu diterapkan pada saat ini?

Berpegang teguh pada makna lahiriah Hadis di atas akan membuat darah tumpah di mana-mana. Contoh saja, karena tidak ada aturan yang jelas, maka para ulama berdebat, seperti direkam dengan baik oleh al-Mawardi, M. Abu faris dan Wahbah al-Zuhayli: berapa orang yang dibutuhkan untuk membai'at seorang khalifah? Ada yang bilang lima [karena Abu Bakr dipilih oleh 5 orang], tiga [dianalogikan dengan aqad nikah dimana ada 1 wali dan 2 saksi], bahkan satu saja cukup [Ali diba'iat oleh Abbas saja]. Jadi, cukup 5 orang saja untuk membai'at khalifah. Aturan itu cocok untuk kondisi Madinah jaman dulu, namun terhitung "menggelikan" untuk jaman sekarang.

Disamping itu, urusan "memenggal kepala" itu tidak lagi cocok dengan situasi sekarang. Contoh: ribut-ribut jumlah suara antara Al Gore dengan Bush 4 tahun lalu diselesaikan bukan dengan putusnya leher salah satu di antara mereka.

Begitu juga Gus Dur tidak bisa meminta kepala Mega dipenggal ketika Mega "merebut" kekuasaannya tempo hari. Mekanisme konstitusi yang menyelesaikan semua itu. Nah, mekanisme itu yang di jaman dulu kagak ada. Apa kita mau balik ke jaman itu lagi?

Akhirnya, dengan adanya catatan sejarah yang menunjukkan bahwa terdapat beberapa khalifah dalam masa yang sama, di wilayah yang berbeda. Hadis politik di atas sudah tidak cocok lagi diterapkan.

5. Jawaban anda sebelumnya seolah-olah hendak mengatakan bahwa berdirinya khilafah justru akan menimbulkan pertumpahan darah sesama ummat islam, bukan menghadirkan persatuan seperti yang didengungkan para pejuang khilafah saat ini. Betulkah demikian? Benarkah sejarah khilafah menunjukkan pertumpahan darah tersebut?

Ketika Bani Abbasiyah merebut khilafah, darah tertumpah di mana-mana. Ini "rekaman" kejadiannya:Pasukan tentara Bani Abbas menaklukkan kota Damsyik, ibukota Bani Umayyah, dan mereka "memainkan" pedangnya di kalangan penduduk, sehingga membunuh kurang lebih lima puluh ribu orang. Masjid Jami' milik Bani Umayyah, mereka jadikan kandang kuda-kuda mereka selama tujuh puluh hari, dan mereka menggali kembali kuburan Mu'awiyah serta Bani Umayyah lainnya. Dan ketika mendapati jasad Hisyam bin Abdul Malik masih utuh, mereka lalu menderanya dengan cambuk-cambuk dan menggantungkannya di hadapan pandangan orang banyak selama beberapa hari, kemudian membakarnya dan menaburkan abunya.

Mereka juga membunuh setiap anak dari kalangan Bani Umayyah, kemudian menghamparkan permadani di atas jasad-jasad mereka yang sebagiannya masih menggeliat dan gemetaran, lalu mereka duduk di atasnya sambil makan. Mereka juga membunuh semua anggota keluarga Bani Umayyah yang ada di kota Basrah dan menggantungkan jasad-jasad mereka dengan lidah-lidah mereka, kemudian membuang mereka di jalan-jalan kota itu untuk makanan anjing-anjing.

Demikian pula yang mereka lakukan terhadap Bani Umayyah di Makkah dan Madinah.

Kemudian timbul pemberontakan di kota Musil melawan as-Saffah yang segera mengutus saudaranya, Yahya, untuk menumpas dan memadamkannya. Yahya kemudian mengumumkan di kalangan rakyat: "Barangsiapa memasuki masjid Jami', maka ia dijamin keamanannya." Beribu-ribu orang secara berduyun-duyun memasuki masjid, kemudian Yahya menugaskan pengawal-pengawalnya menutup pintu-pintu Masjid dan menghabisi nyawa orang-orang yang berlindung mencari keselamatan itu. Sebanyak sebelas ribu orang meninggal pada peristiwa itu. Dan di malam harinya, Yahya mendengar tangis dan ratapan kaum wanita yang suami-suaminya terbunuh di hari itu, lalu ia pun memerintahkan pembunuhan atas kaum wanita dan anak-anak, sehingga selama tiga hari di kota Musil digenangi oleh darah-darah penduduknya dan berlangsunglah selama itu penangkapan dan penyembelihan yang tidak sedikit pun memiliki belas kasihan terhadap anak kecil, orang tua atau membiarkan seorang laki-laki atau melalaikan seorang wanita.

Seorang ahli fiqh terkenal di Khurasn bernama Ibrahim bin Maimum percaya kepada kaum Abbasiyin yang telah berjanji "akan menegakkan hukum-hukum Allah sesuai dengan al-Qur'an dan Sunnah". Atas dasar itu ia menunjukkan semangat yang berkobar-kobar dalam mendukung mereka, dan selama pemberontakan itu berlangsung, ia adalah tangan kanan Abu Muslim al-Khurasani. Namun ketika ia, setelah berhasilnya gerakan kaum Abbasiyin itu, menuntut kepada Abu Muslim agar menegakkan hukum-hukum Allah dan melarang tindakan-tindakan yang melanggar kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya, segera ia dihukum mati oleh Abu Muslim.

Cerita di atas bukan karangan orientalis tapi bisa dibaca di Ibn Atsir, jilid 4, h. 333-340, al-Bidayah, jilid 10, h. 345; Ibn Khaldun, jilid 3, h. 132-133; al-Bidayah, jilid 10, h. 68; al-Thabari, jilid 6, h. 107-109. Buku-buku ini yang menjadi rujukan Abul A'la al-Maududi ketika menceritakan ulang kisah di atas dalam al-Khilafah wa al-Mulk.

Note:

Yang jelas sejarah "buruk" kekhilafahan bukan hanya milik khalifah Abbasiyah, tapi juga terjadi di masa Umayyah (sebelum Abbasiyah) dan sesudah Abbasiyah. Misalnya, menurut al-Maududi, dalam periode khilafah pasca khulafatur rasyidin telah terjadi: perubahan aturan pengangkatan khalifah seperti yang dipraktekkan sebelumnya, perubahan cara hidup para khalifah, perubahan kondisi baitul mal, hilangnya kemerdekaan mengeluarkan pendapat, hilangnya kebebasan peradilan, berakhirnya pemerintah berdasarkan syura, munculnya kefanatikan kesukuan, dan hilangnya kekuasaan hukum.

Sejarah itu seperti cermin: ada yang baik dan ada yang buruk. Kita harus menyikapinya secara proporsional; jangan "buruk muka, cermin dibelah. Sengaja saya tampilkan sisi buruknya agar kita tidak hidup dalam angan-angan atau nostalgia masa lalu saja, tanpa mengetahui sisi buruk masa lalu itu.

Ada kesan bahwa dengan menjadikan "khilafah is the (only) solution" maka kita melupakan bahwa sebenarnya banyak kisah kelam (sebagaimana juga banyak kisah "keemasan") dalam masa kekhilafahan itu. Jadi, mendirikan kembali khilafah tidak berarti semua problem akan hilang dan lenyap; mungkin kehidupan tanpa problem itu hanya ada di surga saja.

6. Ada sejumlah kewajiban yang pelaksanaannya tidak terletak di tangan individu rakyat. Di antaranya adalah pelaksanaan hudûd, jihad fi sabilillah untuk meninggikan kalimat Allah, mengumpulkan zakat dan mendistribusikannya, dan seterusnya. Sejumlah kewajiban syariat ini bergantung pada pengangkatan Khalifah. Bukankah di sinilah letak urgensinya kita mendirikan khilafah?

Cara berpikir anda itu masih menganggap khilafah itu sama dengan sebuah sistem pemerintahan Islam [SPI], padahal hadis-hadis yang menyinggung soal khilafah itu hanya bicara mengenai pentingnya mengangkat pemimpin (dan sekarang semua negara punya pemimpin kan?).

Kalau pertanyaannya saya tulis ulang: bukankah sebagian pelaksanaan syariat islam membutuhkan campur tangan pemimpin? Jawabannya benar,dan itulah yang sudah dilakukan di sejumlah negara: misalnya memungut zakat, memberangkatkan jamaah pergi haji, membuat peradilan Islam (mahkamah syariah), menentukan 1 Ramadan dan 1 Syawal, dst. Jadi, syariat Islam sudah bisa berjalan saat ini tanpa harus ada khilafah.

Lha wong kita sholat, puasa, sekolah, makan, bekerja, menikah, dst. adalah bagian dari syariat Islam dan kita bisa menjalaninya meski tidak ada khilafah dalam arti SPI. Kita menjalaninya karena pemimpin kita membebaskan kita melakukan itu semua. Kita tidak dilarang menjalankannya.

Di Saudi Arabia, tanpa ada khilafah sekalipun hukuman potongan tangan (hudud) sudah diberlakukan. Bukan berarti saya setuju dengan penerapan hudud ini. Saya hanya ingin menunjukkan tanpa khilafah (baca: SPI) maka syariat Islam juga bisa diterapkan.

7. Apa lagi letak keberatan anda terhadap ide mendirikan khilafah?

Kalau khilafah berdiri maka dunia ini tidak akan damai. Perang terus menerus. Para pejuang khilafah menerima saja mentah-mentah Hadis yang mengungkapkan 3 langkah dalam berurusan dengan non-muslim:

1. Ajak mereka masuk Islam

2. Kalau mereka enggan, suruh mereka bayar jizyah

3. Kalau enggan masuk Islam dan enggan bayar jizyah, maka perangilah mereka.

Kalau Indonesia sekarang berubah menjadi khilafah, maka Singapora, Thailand, Philipina dan Australia akan diajak masuk Islam, atau bayar jizyah, atau diperangi. Masya Allah!

Simak cerita Dr. Jeffrey Lang di bawah ini (yang diceritakan ulang oleh Dr Jalaluddin Rakhmat):

Kira-kira dua bulan setelah saya masuk Islam, mahasiswa-mahasiswa Islam di universitas tempat saya mengajar mulai mengadakan pengajian setiap Jum'at malam di masjid universitas. Ceramah kedua disampaikan oleh Hisyam, seorang mahasiswa kedokteran yang sangat cerdas yang telah belajar di Amerika selama hampir sepuluh tahun. Saya sangat menyukai dan menghormati Hisyam. Dia berbadan agak bulat dan periang, dan mukanya tampak sangat ramah. Dia juga mahasiswa Islam yang sangat bersemangat.

Malam itu Hisyam berbicara tentang tugas dan tanggungjawab seorang Muslim. Dia berbicara panjang lebar tentang ibadah dan kewajiban etika orang yang beriman. Ceramahnya sangat menyentuh dan telah berjalan kira-kira satu jam ketika dia menutupnya dengan ucapan yang tidakdisangka- sangka berikut ini.

"Akhirnya, kita tidak dapat lupa --dan ini benar-benar penting-- bahwa sebagai orang Muslim, kita wajib untuk merindukan, dan ketika mungkin berpartisipasi di dalamnya, yakni menggulingkan pemerintah yang tidak Islami --di mana pun di dunia ini-- dan menggantinya dengan pemerintahan Islam."

"Hisyam!" Saya mencela. "Apakah anda bermaksud mengatakan bahwa warga negara Muslim Amerika harus melibatkan diri dalam penghancuran pemerintah Amerika? Sehingga mereka harus menjadi pasukan kelima di Amerika; suatu gerakan revolusioner bawah tanah yang berusaha untuk menggulingkan pemerintah? Apakah yang kamu maksudkan adalah jika seorang Amerika masuk Islam, dia harus melibatkan diri dalam pengkhianatan politik?"

Saya berfikir begitu dengan maksud memberikan Hisyam suatu skenario yang sangat ekstrem, sehingga dapat memaksanya untuk melunakkan atau mengubah pernyataannya. Dia menundukkan pandangannya ke lantai sementara dia merenungi pertanyaan saya sebentar. Kemudian dia menatap saya dengan suatu ekspresi yang mengingatkan saya terhadap seorang doktor yang hendak menyampaikan khabar kepada pesakitnya bahwa tumornya adalah tumor berbahaya. "Ya," dia berkata, "Ya, itu benar."

Dr. Jeffrey Lang, muslim Amerika yang juga profesor matematik di Universitas Kansas, menceritakan pengalaman di atas untuk menunjukkan betapa "absurdnya" gagasan mendirikan negara Islam bagi orang Islam di Amerika. "Bagi mereka, ide bahwa kaum Muslim --menurut agama mereka-- berkewajiban untuk menyerang negara-negara yang tidak agresif seperti Swiss, Brazil, Ekuador atau jika mereka tidak mau tunduk kepada Islam sangat tidak masuk akal," kata Dr. Lang selanjutnya.

Anehnya, di mana saja Dr. Lang menemukan wacana negara Islam ini dikemukakan, baik di meja diskusi ilmiah maupun di medan perang.

Sekian kutipan dari Dr Jeffrey Lang.

Kalau kita sekarang nggak suka dengan doktrin pre-emptive strikenya Bush, maka sebenarnya kalau sekarang khilafah berdiri, maka khilafah itu juga memiliki doktrin yang sama. Sungguh mengerikan.

Hadis di atas telah diplintir maknanya sedemikian rupa sehingga khilafah akan menjadi monster yang memaksa negara sekitarnya untuk memeluk Islam dengan cara diperangi. Inilah salah satu keberatan saya dengan ide mendirikan kembali khilafah.

8. Saya heran dengan anda. CIA saja sudah bisa memprediksi bahwa khilafah akan berdiri pada tahun 2020. Kalau musuh-musuh Islam saja percaya dengan hal ini, bagaimana mungkin anda sebagai Muslim malah tidak mendukung berdirinya khilafah?

Biar nggak Ge-Er, kawan-kawan yang pro-khilafah coba baca baik-baik laporan lengkapnya di sini: http://www.foia.cia.gov/2020/2020.pdf. Intinya, CIA membuat 4 skenario FIKTIF sebagai gambaran situasi tahun 2020. Khilafah itu hanya satu dari empat skenario fiktif tsb. Jadi jangan diplintir seolah-olah CIA mengatakan khilafah akan berdiri tahun 2020.

Possible Futures

In this era of great flux, we see several ways in which major global changes could take shape in the next 15 years, from seriously challenging the nation-state system to establishing a more robust and inclusive globalization. In the body of this paper we develop these concepts in four fictional scenarios which were extrapolated from the key trends we discuss in this report. These scenarios are not meant as actual forecasts, but they describe possible worlds upon whose threshold we may be entering, depending on how trends interweave and play out:

1. "Davos World" illustrating "how robust economic growth, led by China and India, could reshape the globalization process";

2. "Pax Americana" "how US predominance may survive the radical changes to the global political landscape and serve to fashion a new and inclusive global order";

3. "A New Caliphate" "how a global movement fueled by radical religious identity politics could constitute a challenge to Western norms and values as the foundation of the global system"; and

4. "Cycle of Fear" proliferation of weaponry and terrorism "to the point that large-scale intrusive security measures are taken to prevent outbreaks of deadly attacks, possibly introducing an Orwellian world."

(The quotes are taken from the report's executive summary.)

Of course, these scenarios illustrate just a few of the possible futures that may develop over the next 15 years, but the wide range of possibilities we can imagine suggests that this period will be characterized by increased flux, particularly in contrast to the relative stasis of the Cold War era. The scenarios are not mutually exclusive: we may see two or three of these scenarios unfold in some combination or a wide range of other scenarios.

Yang menarik, laporan itu juga menyebut-nyebut soal Indonesia. Ini prediksi mereka:

"The economies of other developing countries, such as Brazil, could surpass all but the largest European countries by 2020; Indonesia's economy could also approach the economies of individual European countries by 2020."

Lalu apa yang akan terjadi dengan Amerika, masih menurut laporan tersebut:

"Although the challenges ahead will be daunting, the United States will retain enormous advantages, playing a pivotal role across the broad range of issues --economic, technological, political,and military-- that no other state will match by 2020."

Jadi, dari skenario fiktif yang mereka susun, Amerika tetap saja jaya. Kerjaan CIA kan ya memang begitu…kok bisa-bisanya kawan-kawan pejuang pro-khilafah percaya sama CIA. Bukankah prestasi terbesar CIA adalah saat mengatakan di Iraq ada weapon of mass destruction (WMD)?

Kita tahu ternyata WMD memang fiktif belaka. Yah jangan-jangan khilafah juga bakalan bernasib sama: fiktif.

Penulis adalah pengajar di Fakultas Hukum,

Universitas Wollongong (NSW, Australia)

Rabu, 12 Oktober 2011

Imam Hasan Al Bashri dan Tetangga Nasrani
Imam Hasan Al Bashri adalah seorang ulama tabi’in terkemuka di kota Basrah, Irak. Beliau dikenal sebagai ulama yang berjiwa besar dan mengamalkan apa yang beliau ajarkan. Beliau juga dekat dengan rakyat kecil dan dicintai oleh rakyat kecil.

Imam Hasan Al Bashri memiliki seorang tetangga nasrani. Tetangganya ini memiliki kamar kecil untuk kencing di loteng di atas rumahnya. Atap rumah keduanya bersambung menjadi satu. Air kencing dari kamar kecil tetangganya itu merembes dan menetes ke dalam kamar Imam Hasan Al Bashri. Namun beliau sabar dan tidak mempermasalahkan hal itu sama sekali. Beliau menyuruh istrinya meletakkan wadah untuk menadahi tetesan air kencing itu agar tidak mengalir ke mana-mana.

Selama dua puluh tahun hal itu berlangsung dan Imam Hasan Al Bashri tidak membicarakan atau memberitahukan hal itu kepada tetangganya sama sekali. Dia ingin benar-benar mengamalkan sabda Rasulullah SAW. “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tetangganya.”

Suatu hari Imam Hasan Al Bashri sakit. Tetangganya yang nasrani itu datang ke rumahnya menjenguk. Ia merasa aneh melihat ada air menetes dari atas di dalam kamar sang Imam. Ia melihat dengan seksama tetesan air yang terkumpul dalam wadah. Ternyata air kencing. Tetangganya itu langsung mengerti bahwa air kencing itu merembes dari kamar kecilnya yang ia buat di atas loteng rumahnya. Dan yang membuatnya bertambah heran kenapa Imam Hasan Al Bashri tidak bilang padanya.

“Imam, sejak kapan Engkau bersabar atas tetesan air kencing kami ini ?” tanya si Tetangga.

Imam Hasan Al Bashri diam tidak menjawab. Beliau tidak mau membuat tetangganya merasa tidak enak. Namun …

“Imam, katakanlah dengan jujur sejak kapan Engkau bersabar atas tetesan air kencing kami ? Jika tidak kau katakan maka kami akan sangat tidak enak,” desak tetangganya.

“Sejak dua puluh tahun yang lalu,” jawab Imam Hasan Al Bashri dengan suara parau.

“Kenapa kau tidak memberitahuku ?”

“Nabi mengajarkan untuk memuliakan tetangga, Beliau bersabda, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tetangganya !”

Seketika itu si Tetangga langsung mengucapkan dua kalimat syahadat. Ia dan seluruh keluarganya masuk Islam.

Senin, 10 Oktober 2011

Bukti Bencana Banjir Zaman Nabi Nuh
Periode 3100 SM ± 100 adalah periode zaman kegelapan (dark age) dalam kehidupan ras di bumi. Hal ini terjadi karena pada zaman ini terjadi suatu peristiwa yang dikenal dengan nama Oskilasi Piora yang menyebabkan perubahan yang sangat dramatis dimuka bumi ini terhadap makhluk hidup. Zaman ini pula yang menandai dimulainya peradaban baru manusia di muka Bumi.

Oskillasi Piora adalah periode dingin dan basah yang mendadak terjadi dalam iklim dalam Epos Holosen. Beberapa peneliti mengaitkan hal ini dengan berakhirnya iklim Atlantik, dan dimulainya Iklim Sub Boreal dalam urutan Blytt-Senander iklim Holosen. Oskilasi Piora dinamai setelah penemuan peristiwa ini pertamakalinya di lembah Piora Val atau Lembah Piora di Swiss. Geo-Iklim mencatat bahwa pada zaman ini kaya sekali dengan Sulphur dan ini tentunya karena letusan banyak gunung berapi yang terjadi secara bersamaan. Selain itu pada zaman itu banyak sekali gas metana yang terdapat di muka bumi yang kemungkinan disebabkan oleh meteor atau benda langit lainnya yang menghantam bumi.

Akibatnya jatuhnya meteor ini mengakibatkan Mega Tsunami besar yang menghantam bumi dan mengikis peradaban purba yang berada dekat dengan lautan seperti kebudayaan purba keturunan Qabil bin Adam yang menghuni semenanjung Mesopotamia Kuno seperti kota Eridu yang dibangun oleh Irad bin Akhnukh bin Qabil, Uruk yang dibangun oleh Akhnukh bin Qabil, Shuruppak, Nippur, Bad Tibira dan kota lainnya. Kemungkinan mega tsunami yang terjadi pada zaman ini adalah mega tsunami terbesar di bumi ini yang menyapu peradaban Mesopotamia, peradaban Mesir Kuno yang merupakan peradaban yang dibangun oleh keturunan Nabi Systh bin Adam yang dimulai oleh Kraus keturunan kelima dari Nabi Adam yang hijrah dari Tempat yang disucikan oleh Bani Sysths yang diduga berada di Syria yaitu di pegunungan Hermon menurut Ahli Kitab, namun menurut sebagian besar ahli sejarah islam bahwa tempat yang disucikan itu adalah Pegunungan Abu Qubays dan juga peradaban yang berada di Eropa dan wilayah pesisir pantai lainnya. Banjir besar ini tercatat dari naiknya permukaan laut mati yang mencapai 100 M (Lihat Wikipedia dibagian Piora Oscillation), dapat dibayangkan kalaut Laut Mati saja mengalami kenaikan sekitar 300 M dapat dibayangkan mega tsunami yang memporakporandakan kaum ingkar di Mesopotamia, Mesir dan wilayah lainnya sekitar tahun 3200 SM.

Perubahan yang sangat dramatis yang terdeteksi pada zaman ini terhadap populasi makhluk hidup di muka bumi adalah penurunan ukuran tinggi pohon Alp di pegunungan Alpin hingga 100 m. Selain itu pohon Elm (Gen: Ulmus) di Wilayah utara Amerika Utara dan Inggris mengalami penurunan ukuran yang dramatis. Selain itu banyak flora yang mengalami perubahan permanen pada zaman ini, akibat yang terjadi pada zaman ini adalah mengering dan dinginnya iklim di barat dan timur Mediterania, Kuda berkembang di Asia Tengah, dan daerah Sahara yang kemungkinan adalah daerah yang subur berubah menjadi padang gurun yang luas.

Raja-raja Mesir Sebelum Banjir Nuh
Menurut Al Masudi di dalam karyanya Muruj Dzahab bahwa raja-raja Mesir sebelum banjir adalah sebagai berikut :

Nama Raja

1. Kraus (berkuasa 180 thn) Keturunan ke-5 dari Nabi Adam As

2. Tegar / Natras

3. Mesram Saudara Natras

4. Gancam bin Mesram (Nabi idris diangkat ke Langit)

5. Aryak bin Gancam ( Turunnya Harut dan Marut di Babil )

6. Lukhanam bin Aryak

7. Khasalim bin Lukhanam

8. Harsal bin Khasalim ( Zaman ini adalah zaman lahirnya Nabi Nuh AS )

9. Yadunsak

10. Semrund bin Yadunsak

11. Sarkak

12. Sahaluk

13. Saurid bin Sahaluk (berkuasa selama 107 tahun) ( 300 tahun sebelum banjir Nuh dan terkenal karena membangun Pyramid )

14. Hargib bin Saurid (berkuasa selama 99 tahun)

15. Menkaus

16. Ekros bin Menkaus

17. Ermelinus

18. Firaun Sepupu Ermelinus, Ia yang mengutus pendeta Ain Syam (On Heliopolis) yang bernama Filemon untuk mengantar surat ke Raja Darmasel untuk membunuh Nabi Nuh, tapi ternyara Filemon beriman kepada Nabi Nuh AS ( Pada zaman ini terjadinya banjir Besar Nabi Nuh AS )

Generasi Jin di Muka Bumi
Muhammad Khavendshah didalam Kitab Rauzatussafa menukil dari Ibnu Abbas bahwa nama Moyang bangsa Jin adalah Asum yang bergelar Jan. Sedangkan di dalam Buku Adam bahwa moyang bangsa Jin adalam Tarnush. Setelah Bani Tarnush ingkar, maka Allah memusnahkan mereka dan yang tertinggal hanya satu kaum yang dipimpin oleh Haliaish (Helios) yang masih beriman kepada Allah. Kemudian setelah lama kelamaan bani Haliaish ini juga ingkar dan Allah menghancurkan mereka Kemudian satu kaum yang tersisa melanjutkan keturunan Jan yaitu Maliqa. Setelah kaum Maliqa ingkar, maka kaum yang masih beriman adalah kaum Hamus. Dan kemudian kaum ini juga ingkar.

Allah kemudian mengutus malaikat untuk memerangi Bangsa Jan, anak-anak mereka kemudian dididik oleh Malaikat, salah satunya adalah Azaziel. Kaum Jan yang masih berdiam di bumi kemudian mulai berkembang. Azaziel kemudian bersama pasukan malaikat kemudian memerangi bangsa Jan yang ingkar. Ia diutus bersama Nabi-nabi dari kalangan Jan, yaitu Sahlub Ibnu Mullatub dan Yusuf bin Yusuf. Namun bangsa Jin membunuh Nabi Sahlub namun tidak berhasil membunuh Nabi Yusuf. Akhirnya Azaziel bersama pasukannya mendesak bangsa Jan dari bumi dan berhasil memberangus sebagian besar bangsa Jan.

Kisah Nabi Systh
Setelah meninggalnya Habil, Nabi Adam sangat bersedih, kemudian Allah menggantikan Habil dengan seorang anak yang memiliki paras yang indah sebagaimana Nabi Adam dan memiliki kebajikan yang luar biasa, sehingga Nabi Adam menunjuk Nabi Sysths sebagai penggantinya.

Sebelum Nabi Adam meninggal, ia mengajarkan Kepada Nabi Sysths tentang hitungan waktu siang dan malam dan kapan beribadah kepada Allah. Selain itu Nabi Adam mewasiatkan agar tidak mendekati keturunan Qabil, dan mengingatkan akan terjadinya banjir besar yang melanda manusia. Apabila nabi Systh sempat menyaksikan banjir, maka nabi Adam berwasiat untuk membawa jasadnya dan menguburnya. Ia dipercaya lahir di Negeri Assyria dan menghabiskan hidupnya di negeri itu. Pada Zaman ini umat manusia terbagi atas dua bagian yaitu pengikut Nabi Sysths dan Pengikut Qabil. Bani Qabil berdiam di wilayah Mesopotamia dan membangun kerajaan yang raja pertamanya adalah Shamyaza (Keturunan Bani Sysths yang Ingkar).

Hal ini dijelaskan secara lengkap dalam kitab Akhnukh (Idris) dan kemudian dijelaskan oleh Eusebius ulama Kristen Awal yang masih bertauhid. Raja keduanya adalah Alulim atau Alorus dan kemudian diikuti oleh 9 raja lainnya hingga banjir Nabi Nuh, sedangkan Bani Systh berdiam di wilayah Abu Qubays Mekkah hingga Mesir. Kaum yang berdiam di wilayah Abu Qubays menjaga kesucian mereka dari bergaul dengan keturunan Bani Qabil. Sedangkan kaum Bani Sysths yang lainnya hijrah ke Mesir dan wilayah Eropa di bawah pimpinan Kraus keturunan ke 5 dari Nabi Adam. Kemudian kaum Nabi Sysths ini dibimbing oleh Nabi Idris (Akhnukh) di dalam kehidupannya. Bani Systh yang berada di Mesir kemudian membangun 2 tanda (pilar) untuk umat manusia tentang kehancuran bumi akibat banjir dan api di bumi. Josephus ahli sejarah Yahudi kemudian menyebutkan hal ini di dalam karyanya Antiquities of Jews namun ia menyebutkan atau penterjemah buku ini menyebutkan pilar tersebut dibangun di Syria. Namun hal ini adalah kesalahan yang besar, karena nama Syria baru muncul setelah Banjir Nabi Nuh. Sedangkan Mesir dahulu kala dikenal dengan nama Siriadik sesuai dengan nama penguasa Mesir saat itu yaitu Suraid (Saurid). Hal ini kemudian dijelaskan oleh Masudi secara terperinci bahwa Raja Suraid diberi tanda akan banjir di Muka bumi ini maka ia membangun Pyramid yang disebut oleh Josephus sebagai Pilar. Kisah ini akan diceritakan dibagian lainnya. Insya Allah.

Menurut Nussari[1] pada saat Nabi Sysths berumur 230 tahun, Allah memerintahkan dia untuk membangun Ka’bah yang dibangun dari lumpur dan batu, sehingga kemudian dia sangat terkenal dan digelari Ghazi Numoon. Kemudian Nama ini dikenal oleh bangsa Mesir dan Yunani sebagai Agathodaimon.

[1] Dalam Shajratul at Turk Halaman 15)

Nabi Idris
Nabi Idris As ( Enoch ) adalah keturunan dari Nabi Adam As yang ke-6 yaitu Nabi Idris / Enoch bin Yarid bin Mihla'iel bin Qinan bin Anusy bin Syith bin Adam As.

Nabi Idris lahir di Manaf (Memphis) Mesir menurut sebagian ulama, sedangkan yang lainnya menyebutkan bahwa ia tidak lahir di Mesir dan saya cenderung pada pendapat kedua ini dimana ia lahir mungkin di pegunungan Abu Qubays. Di mata para Filsuf dia digelari dengan Uria ke 3. di Dalam Kitab Taurat dia bernama Ukhnukh. Bangsa Yunani kuno menamakannya Hermes Trismaghistos, sedangkan yang lainnya menamakannya Batrismin dan Aursin. Sedangkan Bangsa Arab menamakannya Hermes Idris Almuthhulluth bil Ni’mat, karena kesukaannya dalam mengkaji dan membaca kitab-kitab dari pendahulunya. Dia diberi pelajaran oleh Nabi pendahulunya yang diutus untuk penghuni Yunani dan Mesir yaitu Gazimun atau Uria ke 2.

Ketika Bani Qabil mulai meninggalkan jalan yang benar dan telah mengikuti jejak Iblis menyembah berhala, meniadakan perkawinan diantara mereka dan berperilaku yang jahat, Maka Allah mengutus dan memberikan Jubah Kenabian ke Ukhnukh dan diutus kepada bani Qabil. Diantara mereka ada yang kembali ke jalan yang lurus, namun diantara mereka ada yang tetap ingkar karena telah tertutupnya hati mereka. Di dalam Tarikhi Hukma, Nabi Idris berdakwah kepada manusia dengan 72 cara. Selain itu beliau berhasil membangun 100 kota dan membuat peraturan yang pantas untuk tiap-tiap kota yang dibangunnya. Yang lainnya menyebutkan bahwa kota yang dibangun pada zaman Nabi Idris adalah 180 kota, dan kota yang terkecil adalah Urhai (Edessa).

Dia mengutus wazirnya untuk berdakwah untuk umat manusia pada zaman itu, yaitu Ayallaos dan ayahnya Laos, Asqalinus dan Amon. Dia mengajak manusia ke jalan yang benar, menentukan waktu ibadah untuk manusia, menentukan makanan yang halal dan haram. Nabi Idris adalah orang yang pertama memberikan nama kepada planet-planet dan rasi bintang, Dia mengajari manusia untuk menulis dan membuat bahan pakaian.

Di Dalam Tarikhi Hukama[1], Nabi Idris menginformasikan kepada Umatnya tentang Nabi-nabi yang akan turun sepeninggalnya dan tentang banjir besar yang akan melanda umat manusia pada zaman Nabi Nuh AS. Dia memerintahkan kepada orang-orang yang terkuat dari umat-umatnya untuk membangun Pyramid di Mesir yang kemudian dikenal dengan Pyramid Gunbuzahram.

Dia membangun Pyramid itu untuk memelihara makam sahabatnya dari banjir yang akan melanda umat Manusia. Setelah itu Nabi idris meninggalkan Mesir untuk mengarungi dan berdakwah kepada umat manusia. Setelah mengarungi dunia, Nabi Idris kemudian kembali ke Mesir dan kemudian Allah mengangkatnya ke surga.

Ciri-ciri Nabi Idris

Dia memiliki pengetahuan yang luas, firasatnya sangat awas. Nabi idris disebutkan memiliki janggut, memiliki perawakan yang tinggi. Ketika ia mau berdiri, ia selalu menghadapkan wajahnya kebawah untuk berdzikir. Bicaranya tidak terlalu nyaring, namun beliau adalah Nabi yang pendiam dan tidak banyak bicara.

[1] Ditulis oleh Muhammad Bin Muhammad Shaharruzi

Penyembahan Berhala Selepas Nabi Idris
Setelah Nabi idris diangkat ke Surga, Maka ada sahabatnya yang merupakan seorang raja yang bijak, yaitu Asklaipyadis (Aesculapius) selalu bersamanya di jalan kebenaran, akhirnya merasa kehilangan dan selalu menangis meratap akan kepergian Nabi Idris karena merasa kehilangan. Kemudian Iblis menghampirinya dan membuatkan Patung Idris untuk sahabatnya tersebut dan patung itu kemudian ditaruh dirumahnya. Patung tersbeut ditempatkan disuatu ruangan yang tidak ada seorangpun yang melihatnya. Setiap pagi dan sore sahabatnya tersebut mendatangi patung tersebut untuk membersihkannya dan berduka dihadapan patung tersebut.

Suatu ketika Asklaipyadis Nabi Idris meninggal didekat patung tersbeut, maka Iblis menyingkapkan kepada manusia akan keberadaan mereka dan berkata bahwa Patung itu adalah sesembahan Nabi Idris dan sahabatnya. Selain itu Bani Qabil mulai menyembah berhala ketika Nabi Adam meninggal, keturunan Qabil ingin melihat jasad Adam, namun tidak diizinkan oleh Bani Sysths AS, maka Iblis menawarkan kepada mereka untuk membuat patung Nabi Adam yang akan diingat selalu oleh mereka. akhirnya mulailah penyebaran penyembahan patung atas manusia.

Sepeninggal Nabi Idris hiduplah orang-orang Saleh yang bernama Wadd, Suwa, Yaghuts, ya’uq dan Nasser. Setelah mereka meninggal setiap kaum mereka membuat patung orang Saleh tersebut dan kemudian patung itu disembah oleh kaumnya. Setelah Banjir besar Iblis mengangkat patung tersebut dan memberikan patung Wadd kepada Bani Kalb, Suwa kepada Bani Huzail, Yaghuts kepada Bani Mazhaj, dan Ya’uq kepada Bani Quza’ah dan Naser kepada Bani Himyar.

Nama-nama Anak Nabi Adam
Nabi adam mempunyai banyak anak. Yaitu 40 pasang. Pasangan anka yang pertama lahir bagi nabi Adam Adalah abdullah dan umatillah, sedangkan anak yang kedua adalah Abdul Rahman dan Umatur rahman. Sedangkan anak yang kedua puluh adalah Qâbhil dan Iklima (Kelêmath ), 30 tahun kemudian ia menurunkan Lebôdâ dan Hâbhil. Sedangkan anak yang terakhir lahir bagi nabi Adam yang lahir tanpa pasangan adalah Nabi Syst. Menurut Ibn Ishaq total jumlah anak-anak Adam dengan Hawa adalah 40; dengan 20 anak kembar laki-laki wanita.

Menurut Ibn Humayd- Salamah- Ibn Ishaq diantara anak-anaknya adalah Cain dan saudari kembarnya, Abel dan saudari nya Labudha, Ashuth dan saudara kembar nya, Seth dan saudara kembar nya Hazurah atau Azurah, Ayad dan saudari kembar nya, Balagh dan saudari kembar nya, Athati dan saudari kembar nya, Tawbah dan saudari kembar nya, Banan dan saudari kembar nya, Shabubah dan saudari kembar nya, Hayan dan saudari kembar nya, Darabis dan saudari kembar nya, Hadaz dan saudari kembar nya, Yahud dan saudari kembar nya, Sandal dan saudari kembar nya, Baraq dan saudari kembar nya.

Asal Usul Bangsa Latin
Kata “Lateinos” berasal dari kata Lotan. Lotan adalah anak dari Seir orang Horite. Seir adalah keturunan dari Esau bin Ishak. Gunung Seir di Edom didasarkan atas namanya. Dia dikenal dengan Hercules dalam catatan pagan. Dia mempunyai anak yang bernama Shobal saudara Lotan. Shobal mempunyai anak bernama Dishon yang kemudian mempunyai anak Eshban. Seir dikenal dengan nama Hercules Libycus dan dikenal dengan Necherophes dalam catatan Mesir. Manetho mencatat bahwa dia menaklukan Libya (utara dan barat Afrika), yang berda di bagian selatan Spanyol. Anak dari Seir yaitu Hispal (Ispal, Shobal) berkuasa di Spain selama 17 tahun, dari tahun 1807 SM sampai dengan 1790. dia membangun kota Hispalis yang kemudian dikenal dengan nama kota Sepila atau Seville. Kemudian cucu dari Hercules yaitu Hispanis yang berkuasa selama 32 tahun dari tahun 1790-1758 SM. Hispanus (Hispan) adalah Eshban. Hispania membawa sukunya keluar dari bagian utara Spain dan membangun sebuah menara di Gallicia. Beberapa dari suku ini keluar dari area Bay dari Biscay ke Amerika Tengah dan diceritakan dalam cerita Toltec. Ketika Hispania meninggal, Hercules (Seir orang Horite) kembali dan memerintah atas Spain, Britain dan Gaul (France) selaam 19 tahun dari tahun 1758-1739 SM. Ketika Hercules meninggal, penggantinya yang sukses seperti dirinya adalah Hesperus. Hesperus memberikan namanya untuk daerah Spain (Hesperus Minor) dan Italy (Hesperus Major). Dia tidak lain adalah Ephah bin Midian bin Ibrahim dari istrinya Keturah. Dia berkuasa atas Spain selama 11 tahun dari tahun 1739-1728, kemudian kekuasaan direbut oleh Atlas. Atlas berkuasa selama 12 tahun dari tahun 1728-1716. dia dikenal juga dengan nama Italus. Dia dikenal sebagai orang yang kuat dan seorang ahli astronomi. Dia tidak lain adalah Ephah saudara dari Epher. Merela ditulis oleh Josephus yang dikenal dengan Ophren, yang membuat peperangan dengan Libya dan menguasainya; and kemudian anak cucunya menyebut wilayah yang dikuasainya dengan nama Afrika. Alexander Polyhistor mengatakan bahwa anak dari Ibrahim adalah Apher, Surim, dan Japhran: anaknya Surim kemudian mendimi daerah Assyria; dana anaknya (Apher dan Japhran) menguasai daerah Afrika dan dari asal nama mereka Afrika berasal. Hercules ketika berperang di Libya dan Antaeus ia mengawini anak dari Aphra dan mempunyai anak bernama Diodorusyang mempunyai anak Sophon. “Ophren” disebutkan oleh Josephus adalah Epher dan dikenal dengan nama Atlas”. Dalam sejarah Yunani dia dikenal dengan Atlas Italus Kitim yang disangka adalah keturunan dari Japhet. Keturunan Japhet adalah Atlas Maurus. Atlas Italus Kitim mempunyai anak Oris atau Sicorus, yang mempunyai anak Anus atau Sicanus, yang mempunyai anak Sicileus atau Siculus. Kemudian penduduknya mendirikan daerah Sicania, yang menjadi nama Sicilia (Sicily). Kota Lusitania (Portugal) dari Lusus anak Siculus. Ulus atau Siculus juga dikenal dengan nama Neptune, orang yang selamat dari banjir Deucalion di Thessaly tahun 1503 SM and settled them in Spain. Kisah keturunan Atlas dan hubungannya dengan daerah Atlantis adalah bangsa Maya. Di Amerika Tengah. Bangsa Maya berasal dari kata Maia salah satu anak perempuan dari Atlas.
Dinasti Semitik di kebudayaan China
Beberapa suku bangsa china berasal dari keturunan dari Ham ibnu Nuh yaitu anak ke 11 dari Put bin Ham bin Nuh AS. Selain itu juga berasal dari Yafith yaitu dari keturunan Abur atau Amur (Gomer) sebagaimana yang dijelaskan oleh Al Masudi dalam karyanya Muruj Dzahab. Keturunan Semitik pernah mendominasi Dinasti China yaitu pada zaman Dinasti Chou yang merupakan keturunan dari Jobab bin Joktan mereka dikenal. Raja pertama bangsa China adalah “Huang Di,” yang merupakan keturunan Askinaz bin Amur bin Yafith. Keturunan Joktan bisa ditemukan di wilayah pegunungan dari timur Israel dari Sephar sampai Mesha (dari Haran ke Ur). Kota pertama yang dibangun oleh keturunan Joktan (Jobab bin Joktan bin Aber) bisa ditemukan di kota kuno Hassuna. Dikisahkan bahwa Jobab mepunyai 2 anak, yaitu Tang dan Hushaiah. Tang adalah pndiri pertama dinasti Shang yang mempunyai anak bernama Ta Ting dan Ta Ting mempunyai anak Ta Chia. Sedangkan Hushaiah mempunyai anak bernama Jesharelah. Garis keturunan dari Hoshaiah tinggal timur tengah, sedangkan para keponakan kaum mereka telah dihalau ke Negeri China oleh rombongan Nimrod. Migrasi orang-orang ini ke timur, berlangsung sekitar tahun 2205 SM. Keturunan Jobab yang tidak disapu ke daerah timur dan bangsa Semit yang lain berpindah tempat dari timur ke Negeri China untuk bergabung dengan para keponakan mereka, yang Negeri China tersebut dikenal dengan Dinasti Shang. Bersama dengan kelompok ini juga hijrah seorang dari bangsa Medes yang bernama Yan dan merupakan anak Madai bin Yaphet. Medes dikenal dengan nama Shen Nung. Di Negeri China, keturunan Jesharelah dikenal sebagai bangsa ” Chou” ( dari kata Jo yang berasal dari kata Jobab) dan dari bangsa Medes dikenal sebagai ” Chiang” ( Suku bangsa Chiang). Bangsa Semit yang lain dikenal dengan julukan bangsa Chi. Jesharelah diangkat sebagai kepala suku dan orang-orang Chi meletakkan budaya yang sampai sekarang masih rapi. Jesharelah dikenal di Negeri China, sebagai ” Hou Chi”.
Asal Usul Bangsa Benggala
Ghulam Husain Salim di dalam karangannya Riyazus Salatin atau dikenal dengan sejarah Benggala menceritakan bahwa Keturunan Ham bin Nuh AS adalah Hind, Sind, Habash, Zanaj, Barbar dan Nubah. Anak Tertua Ham kemudian mendiami wilayah yang kemudian dinamakan Hindustan, sedangkan saudaranya Sind juga berdiam di wilayah yang kemudian dikenal dengan Sind. Sedangkan menurut pendapat saya bahwa Hind adalah merupakan keturunan dari Kush bin Ham. Hind mempunyai 4 orang anak, yaitu Purab, Bang, Dakin, dan Naharwal. Dakin menurunkan 3 anak, yaitu Marhat, Kanar dan Talang. Naharwal mempunyai anak yang bernama Babruj, Kanuj dan Malraj. Purab mempunyai 42 anak dan dalam waktu yang singkat keturunannya semakin berkembang. Menurut Kitab Firisthra Keturunan Bang bin Hind inilah yang disebut bangsa Bengal atau Benggala. Setelah negeri ini berkembang, orang yang pertama memimpin kerajaan Bengal adalah Rajah Bhagirat dari suku Khatri, kemudian ia terbunuh pada peperangan Mahabarata oleh Darjudhan. Periode kepemimpinan adalah 250 tahun. Kemudian setelah kematiannya 23 orang keturunannya menggantikannya menjadi raja selama 2.200 tahun. Kemudian setelah itu tahta berpindah kepada Noj Gouriah dari suku Kyesth yang berkuasa selama 250 tahun dengan 8 jumlah rajanya. Kemudian tahta berpindah ke Adisur yang juga berasal dari suku Kyesth dan memimpin selama 714 tahun dengan 11 raja termasuk Adisur. Kemudian tahta berpindah kepada Bhupal Kyesth yang berkuasa selama 698 tahun dengan jumlah rajanya 10 orang. Kemudian tahta berpindah kepada Sukh Sen Kyesth yang berjumlah 7 raja selama 160 tahun. Kemudian 61 raja berkuasa setelahnya selama 4.240 tahun.
Kisah Kaum Ad
Allah mengutus Hud bin Abdillah bin Ribah bin Al Khalud bin Ad bin Uz kepada kaum Ad yang menyembah 3 dewa, yaitu Sada, Samud dan Al Haba. Hud menyeru mereka tapi jawab mereka “siapa yang lebih kuat dari kami”? dan hanya beberapa yang mengikuti Hud. Qurthubi menceritakan bahwa kaum ‘Ad terdiri dari 13 suku yang mengolah gurun. Mereka menyembah berhala. Allah menahan hujan selama 3 tahun kepada mereka dan akhirnya kesusahan karenanya. Kemudian mereka mengirimkan utusan untuk berdoa. Ibnu Ishaq menceritakan apa yang telah diceritakan ibnu Humayd bahwa kaum Ad mengirimkan utusan yang bernama Qayl bin Anz dan Luqaym bin Huzal bin Huzayl bin Utayl bin Dadd anak tertua dari ‘Ad dan mengutus Marthid bin Sa’d bin’Ufayr yang beragama islam tapi menyembunyikan keislamannya dan Jalhamah bin Al-Khaybari. Ketika mereka sampai Mekkah, mereka berdiam di tempat Muawiyah bin Bakr daerah pinggiran kota Mekkah. Muawiyah bin Bakr mempunyai seorang saudara perempuan bernama Huzaylah binti Bakr. Huzaylah binti Bakr ini kemudian kawin dengan Luqayim bin Huzal. Ibunya Muawiyah bin Bakr adalah saudara dari Jalhamah bin Alkhaibari yaitu Lahdah binti Al Khaibari. Anak Luqayim dari Huzaylah binti Bakr adalah Ubayd, Amr, Amir dan Umayr. Mereka inilah satu-satunya keturunan ‘Ad yang tersisa karena mereka berdiam di Mekkah. Ketika delegasi ‘Ad sampai dirumah Muawiyah mereka berdiam disana selama 1 bulan. Kemudian Qayl pergi ke gunung Mahrah dan berkata “Aku tidak datang sebagai seorang yang sakit, atau terkutuk, atau juga tawanan yang memberikan harapan, oh Tuhan berikan kami hujan untuk ‘Ad” maka datanglah awan hitam yang datang menuju kaum ‘Ad. Kemudian Marthid bin Sad berkata “Demi Tuhan! Kamu tidak akan diturunkan hujan dengan doamu, tapi dengan mengikuti nabi dan kembali kepadanya kamu akan diberikan hujan.. kemudian ia menjelaskan bahwa ia telah mebgikuti agama Hud. Ketika Jalhamah bin Al khaibari mendengar ini, ia berkata bahwa Abu Sa’d adalah suku dari kalangan bangsawan dan ibunya adalah keturunan Tsamud, dan jalhamah tidakakan pernah mengikuti jalan Marthid. Dia marah dengan menyebutkan apakah Marthid mau menghilangkan agama nenek moyang dari Rafd, Raml, Dadd, dan ;ubud yang merupakan suku-suku kaum’Ad untukmengikuti Hud. Kemudian Jalhamah mengatakan kepada Muawiyah agar menahan Marthid dari bepergian bersama Qayl dan Jalhamah, mereka tidak akan mengizinkan Marthid untuk pergi bersama mereka ke Mekkah. Kemudian Qayl dan Jalhamah pergi untuk berdoa di Mekkah. Namun setelah kepergian mereka Marthid dengan diam-diam juga bepergian ke Mekkah. Kemudian Qayl berdoa atas kebenaran Hud untuk menurunkan Hujan. Maka disangka mereka hujan yang datang, tetapi bencana lah yang datang. Yang tersisa dari kaum Ad adalah Banu Lawdhiyyah yang merupakan anak dari Luqaym bin Huzal dengan anak perempuan Bakr. Orang pertama yang mengetahui bahwa yang turun bukannya hujan adalah seorang perempuan Ad bernama Muhaddid. Kemudian bencana menimpa kaum’Ad. Kemudian salah seorang pengikut Hud menceritakan kejadian tersebut kepada Huzayl binti Bakr dan Huzayl pun bercerita bahwa Mutthawwib bin Yaghfur bin Muawiyah bin Bakr bersama mereka Qayl dan berdoa kepada Tuhan dari Mekkah. Dikatakan bahwa ketika Marthid dan yang lainnya sampai Mekkah, mereka berdoa. Marthid berdoa agar diberikan jalan yang benar. Luqman bin Ad berdoa agar diberikan umur yang panjang. Sedangkan Qayl berdoa apa yang terjadi padakaumnya akan terjadi pula pada dirinya. Setelah musnahnya kaum ‘Ad, Hud beserta orang yang beriman berdiam di Mekkah hingga kematiannya. Yaqut menceritakan bahwa kota Iram adalah kota terbesar yang dibangun oleh keturunan Hud yang berada antara Yaman dan hadramaut dan Sana. Mereka membangun kotanya dari emas, perak dan permata. Merekamembangun 300 ribu kastil. Setelah kota mereka dihancurkan tidak ada seorangpun mengetahui tentang mereka sehingga masa pemerintahan Muawiyah seorang Abdullah biN Qilabah menemukan kota tersebut.